WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Selasa, 22 Oktober 2013

Say no to contek !

Praktik contek mencontek dan jiblak-menjiblak kian hari sangat memprihatinkan bahkan sulit sekali rasanya untuk diberantas, sesulit memberantas korupsi dari lembaga-lembaga negara di  negeri ini. kpk sebagai garda terdepan untuk memberantas korupsi banyak mendapat tantangan akhir-akhir ini dan dalam pekerjaannya hanya dapat ikan-ikan kecil yang hanya tampak dipermukaan sungai saja, karena memang jika ingin serius memberantas korupsi dari lembaga negara sama saja membongkar aib negeri sendiri yang sudah lama membatu. Begitu juga halnya pencontek/ plagiat yang sudah menjamur dalam lembaga pendidikan tidak terkecuali universitas/ perguruan tinggi yang menjadi simbol orang-orang hebat.
Dalam perguruan tinggi, budaya plagiat tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa, bahkan seorang dosenpun sudah tidak punya rasa malu mencontek dan menjiblak karya orang lain. Hal ini telah terbukti dari pemberitaan salah satu media massa bulan-bulan kemarin. Ini menjadi bukti menjiblak sudah membudaya dan mendarah daging dalam lembaga pendidikan.
Lain halnya dengan praktik plagiat yang sering dilakukan beberapa mahasiswa, jarang mencuat atau menjadi pemberitaan yang heboh di media massa. Padahal jika praktik seperti ini tidak diberantas, bisa-bisa ke depan akan semakin banyak lahir guru dan dosen dengan mental penjiplak/ pencontek.
Baik dosen ataupun mahasiswa kadang terpaksa untuk menjiblak karya orang lain ataupun menjiblak karya pribadi dengan menambah sedikit kutipan-kutipan untuk menpercantik karyanya, hal ini tidak terlepas dari keinginannya untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang sangat cepat seperti halnya SKS ( sistem kebut semalam ). Apalagi bagi mahasiswa yang tidak tahu menahu akan tugas kuliah, dan tanpa disadari bahwa besok harus presentasi dan harus membuat makalah. Maka tidak mau ambil pusing, metode copy-paste adalah solusi terbaik baginya dan anehnya mereka secara sadar mengulagi perbuataannya kadang mereka bangga bisa melakukannya.
Mahasiswa yang identik dengan agent of change seakan tidak perduli akan identitas dirinya sebagai mahasiswa, bukan perubahan positif yang dihasilkan akan tetapi mewariskan kemunafikan baik bagi dirinya ataupun orang lain.
Kelemahan kemampuan analisis dan merangkumnya dalam sebuah tulisan menjadi salah satu faktor banyaknya mahasiswa sangat pede menjadi pencontek/plagiat. Hal ini bukan saja yang terdapat dari internet, referensi yang terdapat di buku-buku mereka salin mentah-mentah tanpa harus merubahnya satu huruf pun. Jika makalah yang bentuknya tipis saja sudah bangga hasilnya dengan mencontek, apalagi skripsi lembarannya jauh lebih tebal dari makalah.
Untuk memusnahkan praktik plagiat tersebut memang harus ada tindakan yang tegas, dan kalau perlu diberi peringatan yang keras agar tidak mengulanginya. Seperti hanya korupsi untuk memberantasnya harus ada hukuman yang tegas bagi pelakunya yang dapat menyadarkan dirinya untuk tidak mengulangi perbuatannya dan dapat menjadi pelajaran bagi orang lain agar tidak melakukan kesalahan yang serupa yaitu korupsi.
Sedangkan untuk menghapus budaya mencontek yang kian merajalela ini perlu ada terobosan baru dengan cara memberi penyuluhan dari tingkat sekolah dasar yaitu metode antiplagiat, seperti halnya antikorupsi. Sehingga anak-anak tersebut sudah mempunyai rasa malu dan berdosa apabila melakukannya. Anak-anak menjadi faktor penting bagaimana budaya akan terbentuk, karena mereka generasi penerus yang akan bertanggungjawab menjaga baik-tidaknya satu budaya kedepan. Kalau dari semenjak anak-anak sudah terbiasa untuk mencontek maka dapat dipastikan kebiasaan tersebut akan sangat sulit dihilangkan ketika menginjak smp hingga menjadi mahasiswa sekalipun.
Saat ini, banyak mahasiswa yang menjadikan alasan tidak punya laptop atau komputer sebagai kendala mereka tidak bisa menulis. padahal, itu hanya akting agar dapat menutupi rasa malasnya. Dan kalau dibandingkan dengan orang-orang dahulu, mengapa mereka masih bisa menelurkan karya-karya hebat sedangkan laptop dan komputer belum ada pada waktu itu.
Ada apa denganmu ? itu yang dapat saya gambarkan tentang kualitas mental mahasiswa yang tanpa berdosa mencontek dan menjiblak karya orang lain. Sekali lagi, kurangnya minat membaca dan lemahnya kemampuan analisis yang dapat dituangkan dalam bentuk tulisan menjadi faktor utama banyaknya praktek haram ini. untuk itu sudah saatnya bagi mahasiswa belajar menganalisis dan mencoba merangkumnya dalam sebuah tulisan, dan membaca sebagai hobinya. Dengan cara seperti ini mudah-mudahan budaya menulis semakin kuat dan praktek plagiat semakin dipudarkan, dan lambat laun semakin hilang.