WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Sabtu, 13 Agustus 2011

Kepemimpinan Dalam Manajement Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah dimuka bumi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

B. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut :
1. Pengertian kepemimpinan
2. Tipe-tipe kepemimpinan
3. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

C. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini diarahkan untuk :
1. Untuk mengetahui pengetian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
3. Untuk mengetahhui kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa definisi tentang pemimpin yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain , sebagaimana berikut :
1. Harsey dan Blanchard mengemukakan pandangan bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memmengaruhi orang lain untuk secara suka rela berjuang mencapai kelompok. Sejalan pernyataan ini, ada dua materi yang utama yang saling berhubungan satu sama lainnya, yakni: (1) adanya usaha (dari si pemimpin) memengaruhi orang lain, dan (2) tujuan-tujuan yang diharapkan oleh kelompok.
2. Harold Koartzz dan Cyril O’Danneli mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah upaya memengaruhi orang untuk ikut serta dalam pencapaian suatu tujuan bersama. Kedua pendapat tersebut jelas menunjukkan adanya satu arah komunikasi dari si pemimpin kepada pengikutnya.
3. Pandangan Robert Tonneboun lebih mengarah kepada adanya proses komunikasi dua arah dalam memberikan definisi kepemimpinan.ia berpendapat “ kepemimpinan merupakan suatu interpersonal influence yang dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.dalam proses kepemimpinan terdapat upaya salaing memengaruhi antar individu, proses yang berkaitan dengan situasi tertentu, adanya proses komunikasi tertentu, dan tujuan yang hendak dicapai.
4. Menurut Harsey, kepemimpinan merupakan suatu proses upaya memengaruhi aktifitas-aktifitas seseorang dalam usaha pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam prosesnya, ada interdependensi antara tiga unsure utama, yakni pemimpin, pengikut dan situasi kepemimpinan merupakan fungsi dari ketiga unsure tersebut.
5. Wahjosumidjo mengetakan bahwa kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem yang saling berkaitan
Sedangkan pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan . Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Rasulullah Saw. Pernah bersabda, “Jika kalian sedang bertiga, jadikanlah salah seorang sebagai pemimpin.” Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa kedudukan pemimpin sangat urgen,karena berfungsi mengarahkan segala aktifitas kepada tujuan tertentu. Jika suatu kelompok tidak memiliki pemimpin, semua kehidupannya tidak akan terarah dan hidup menurut kemauan masing-masing. Fungsi pemimpin dalam seluruh kehidupan komunitas manusia sangat penting. Ibnu Taimiyah pernah berkata, “Lebih baik suatu Negara memiliki pemimpin yang zalim daripada tidak memiliki pemimpin sama sekali”. Jika begitu eksistensi pemimpin, siapa yang berhak menjadi pemimpin. Herabudin berpendapat bahwa kedudukan pemimpin ditentuka oleh dua kreteria , yaitu sebagai berikut :
1. Jumlah pengaruh seseorang atas anggota-anggota kelompoknya
2. Sikap para anggota kelompok terhadap sesamanya.
Sebab-sebab seseorang tampil menjadi pemimpin dikarenakan : (1) pertumbuhan dan kekomplekan kelompok itu, (2) kelompok menghadapi krisis, (3) kelompok berada dalam keadaan tidak stabil, (4) pemimpin lama gagal menjalankan fungsinya, dan (5) tumbuhnya kebutuhan pribadi pada anggota kelompok.
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi. Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi. Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahannya atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis. Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis. Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat. Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, Goldberg dan Pearson menambah satu macam tipe kepemimpinan selain dari tiga tipe kepemimpinan yang dikutip oleh Maman Ukas dan selengkapnya bisa ditengok dalampenjelasan di bawah ini :
1. Tipe kepemimpinan otoriter
Bagi kepemimpinan otoriter, partisipasianggota tidak dikehendaki karena tugas-tugas dan prosedur-prosedur didektekan oleh pemimpin.pemimpin akan mengekspoitasi rasa ketergantungan pengikut-pengikutnya dan berusaha untuk membina kendali penuh. Dalam proses membuat keputusan,pemimpin secaraindividual mengarahkan dan mendominasi anggota kelompok dan ia langsung mengambil keputusan. Pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksinya harus ditaati.
Pandangan pemimpin yang otoriter cenderung mencerminkan gambaran tentang manusia yang negative, pesimis, dan mengecilkan hati, karena ia selalu mendikte anggota kelompok secara subyektif serta menganut sikap mengambil jarak dan formal. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin otoriter pada dasarnya dilakukan melalui pemimpin, sedangkan para anggota kelompok tidak dianjurkan untuk berinteraksi secara langsung satu sama lain.
2. Tipe kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis merupakan suatu pola yang memandang mannusia mampu mengarahkan dirinya sendiri dan berusaha untuk memberikan kesempatan kepada anggota untuk tumbuh dan berkembang serta bertindak sendiri melalui partisipasinya dalam mengendalikan diri mereka dalam membuat keputusan. Pemimpin membimbing dan member kesempatan kepada kelompok untuk ikut serta mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan.
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pandangan seorang pemimpin yang demokratis terhadap orang lain lebih optimis dan positif dan tidak otoriter. Ia mendukung interaksi di antara para anggota kelompok dengan cara memotivasi mereka untuk menetukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok.
3. Tipe kepemimpinan Laissez faire
Kepemimpinan laissez faire, juga disebut sebagai kepemimpinan liberal, merupakan suatu pola pengabaian (abrogaition) sehingga pemimpin berusaha menghindari tanggung jawab terhadap pengikutnya pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Seorang pemimpin yang liberal menyebabkan pengikutnya menjadi manusia yang penuh kreatif, dan dapat menentukan pilihannya masing-masing dalam mencapai tujuannya. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini tidak ada sama sekali karena iamenganut sikap yang tak acuh terhadap pengikutnya dan menghindari tanggung jawab mereka.
4. Tipe kepemimpinan nondirektif
Pemimpin yang nondirektif menolak untuk member pengarahan pada kelompok, tetapi sebaliknya mencoba untuk mengerti tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anggota kelompok agar ia dapat mewujudkan pengertian tersebut. Dengan demikian, kelompok diberi tanggung jawab untuk menentukan dan mencapai sasaran mereka sendiri. Dalam proses menentukan suatu keputusan, ialebih cenderung menerapkan system kebersamaan dalam keserasian antarapemimpin dan pengikutnya.
Seorang pemimpin nondirektif menjadikan anggota pengikutnya, sebagai manusia yang memiliki keterampilan sama, menganggap bahwa setiap individu itu penting dan masing-masing memiliki kelebihan. Interaksi pemimpin dengan anggota kelompok dan antara anggota kelompok berlangsung dalam suasana kebersamaan yang penuh saling pengertian dan persaudaraan.
Berbeda dengan empat tipe kepemimpinan yang dijelaskan sebelumnya adalah gaya trilogy kepemimpinan yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kemudian sejak tahun 1979 digalakkan menjadi kepemimpinan Pancasila, yang dikenal dengan “trilogy kepemimpinan”,yaitu cara memimpin dengan memadukan tiga tata kelakuan kepemimpinan : (1) ing ngarso sung tulodo (2) ing madyo mangun karso (3) tut wuri handayani.
Efektifitas tiga trilogy kepemimpinan tersebut terjadi apabila pemimpin memiliki kredibilitas yang diindikasikan dengan kepemilikan antara lain : kewibawaan, kejujuran, terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani mawas diri, mampu melihat jauh kedepan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, lugas dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil, sederhana, penuh pengabdian kepada tugas, berjiwa besar dan ingin tahu.
Menurut Herabudin, mengutip pendapat Bales, ada dua jenis tipe kepemimpinan yaitu (1) Taks-oriented, dan (2) Ekspresive. Gaya taks-oriented leadership, bahwa pemimpin memusatkan perhatian terhadap anggota kelompok dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang harus mereka lakukan. Adapun gaya ekspresive leadership, bahwa pemimpin menekankan hubungan personal di antara kelompok.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otoriter, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macam organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.
Apabila disimpulkan berkaitan dengan tipe-tipe kepemimpina di atas, dalam pendidikan, tipe-tipe pemimpin yang baik adalah :
1. Pemimpin yang demokratis yang diperankan oleh semua pemimpin di sekolah dan pendidikan tinggi. Kepala sekolah harus berjiwa demokratis sehingga kreatifitas dan aspirasi para guru dan karyawan sekolah tidak tertekan.
2. Pemimpin yang kharismatik, bahwa kepala sekolah, guru dan semua pemimpin akademik harus memiliki kewibawaan dalam menjalankan tugasnya.
3. Pemimpin yang member teladan bagi semua bawahannya.
4. Pemimpin yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
5. Pemimpin yang sabar dan tegas.
6. Pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab terhadap semua tugas dan kedudukannya.
7. Pemimpin yang sederhana, tidak mengada-ngada dan pandai memanfaatkan segala yang ada dengan sebaik-baiknya.

C. Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana
2. Sebagai perencana
3. Sebagai seorang ahli
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah
8. Merupakan bagian dari kelompok
9. Merupakan lambang dari pada kelompok
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita
12. Bertindak sebagai seorang ayah
13. Sebagai kambing hitam.
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang diembannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakanya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi kepemimpinan adalah aktifitas memengaruhi orang lain secara suka rela berjuang untuk mencapai tujuan tertentu dalam satu kelompok. Sedangkan pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi empat tipe antara lain : Otoriter, Demokratis, dan Laisez faire serta nondirektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.


B. Saran-saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instansi.

DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2006). Cet VIII.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009)
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara,1994).
Purwanto, Ngalim, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981).
Ukas, Maman, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999)
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2006). Cet VIII.
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2005).
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995).

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009) h 218
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2006) h. 88.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009) h 220.
Maman Ukas, Op. cit., h. 261-262.

Ibid, h. 262-263.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009) h 223
Nanag Fattah, Op. cit., h. 102.
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981) h 25
Ibid, h. 38-39.