WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Rabu, 27 April 2011

WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG ALAM BARZAKH

A. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, yang disifati dengan sifat-sifat keagungan. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam jahiliyah kepada alam yang penuh ilmu saat ini.
Hampir bisa dipastikan, setiap orang apakah dia orang awam maupun cendikiawan, golongan materialis maupun spritualis, dibuat penasaran oleh masalah roh. Karena alam roh roh merupakan hakikat yang ada tapi tidak ada, atau tidak ada tapi ada. Jadi semacam alam maya, antara ada dan tiada.
Begitupun alam barzakh yang masih banyak kontroversi tentang alam itu, baik kontroversi tentang ada atau tidak adanya siksa dalam alam tersebut. Dalam makalah ini akan di ulas pengertian alam barzakh, serta pembahasan yang menyangkut alam itu dan keberadaan disana. Akan tetapi saya penulis perlu menyampaikan bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dalam segi pembahasannya, solusinya yaitu dengan diskusi yang mendalam tentang alam barzakh ini.
B. Pengertian alam barzakh
kata “barzakh “ (برزخ) hanya tiga kali ditemukan di dalam Al-Qur’an, yaitu pada QS. Al-Mu’minun (23): 100, QS. Ar-Rahman (55): 20 dan QS. Al-Furqan (25): 53. Menurut Ibnu Manzhur, pengarang kitab Lisanul-‘Arab, pengertian barzakh adalah ma baina kulli syai’aini (مابين كل شيًـين = sesuatu yang terdapat di antara dua hal) dan al-hajizu baina asy-syai’aini (الحاجزبين الشيْين = pembatas atau penghalang antara dua hal). Barazikhul Iman (برازيخ الايمان) diartikan sebagai ‘pembatas antara keraguan dan keyakinan’. Barzakh juga berarti ‘alam yang dilalui manusia setelah kehidupan di dunia menjelang akhirat kelak’, yaitu alam kubur sebelum manusia akan dihimpun kelak di hari berbangkit. Orang yang telah meninggal dikatakan telah berada di alam Barzakh karena ia terhalang untuk kembali ke dunia dan belum sampai pada alam akhirat.
dari segi bahasa, “barzakh berarti “pemisah”. Para ulama mengartikan alam barzakh sebagai “periode antara kehidupan dunia akhirat”.keberadaan disana memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat. Keberadaan disana bagaikan keberadaan dalam suatu ruangan terpisah yang terbuat dari kaca.kedepan penghuninya dapat melihat hari kemudian, sedangkan ke belakang mereka dapat melihat kita yang hidup di pentas bumi ini.
Sebagaimana hadits nabi yang diriwayatkan oleh imam Ahmad ibn hanbal, Ath-Thabrani, Ibnu Abi Ad-dunya, dan Ibnu Majah meriwayatkan melalui sahabat Nabi, Abu Said Al-Khudri, bahwa Nabi Saw. bersabda:
Sesungguhnya yang meninggal mengetahui siapa yang memandikannya, yang mengangkatnya, yang mengafaninya, dan siapa yang menurukannya ke kubur:
Imam bukhari meriwayatkan bahwa,
Apabila salah seorang diantara kamu meninggal, maka diperlihatkan kepadanya setiap pagi dan petang tempat tinggalnya (kelak di hari kiamat. Kalau dia penghuni surge; maka (diperlihatkan kepadanya penghuni surge; dan kalau penghuni neraka, maka diperlihatkan (tempat) penghuni neraka. Disampaikan kepadanya bahwa inilah tempatmu sampai Allah membangkitkanmu ke sana (HR Bukhari).
Mengenai firman Allah ta’ala وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ tersebut: yakni di hadapan mereka. Mujahid mengatakan: “Al-barzakh” berarti penghalang antara dunia dan akhirat.” Sedangkan Muhammad bin ka’ab mengemukakan: “Al-barzakh berarti keberadaan antara dunia dan akhirat, dimana penghuni dunia tidak makan dan tidak minum, dan tidak pula kepada penghuni akhirat diberikan balasan atas amal perbuatan mereka.”
Terkait penafsiran ayat ini, ibnu jarir menyatakan, ‘dari bagian depan mereka ada sebuah sekat yang membatasi mereka dengan ar-ruju’ , yakni hari saat mereka dibangkitkan dari kuburnya, yakni hari kiamat. Dengan demikian alam barzakh, sekat dan waktu terbatas (temporal) mempunyai waktu hampir sama.
Raghib juga berkata , “Al-barzakh berarti sekat dan pembatas antara dua hal.” Adapun barzakh terkait dengan hari kiamat ialah yang membentang antara manusia dengan tercapainya rumah mulia di akhirat.
C. Keberadaa di Alam Barzakh
Kedua pengertian yang dikutip dari buku ‘Ensiklopedia A-Qur’an” di atas sama-sama tercakup didalam Al-Qur’an. Pada QS. Al-Furqan (25): 53 dan QS. Ar-Rahman (55): 20, kata barzakh dipakai untuk pengertian ‘dinding pembatas’. Kedua buah ayat ini menerangkan bahwa Allah membiarkan dua buah laut bertemu. Namun, pertemuan kedua buah laut tersebut tidak membawa percampuran pada airnya. Rasa air laut juga tidak berubah dan bercampur oleh pertemuan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari pertemuan hulu sungai dengan laut lepas. Air sungai (yang juga tercakup dalam kata al-bahr) tetap segar dan tawar, sedangkan air laut tetap asin dan pahit. Tidak terjadinya percampuran ini karena adanya dinding pembatas (barzakh) yang menghalangi keduanya. Barzakh ini berfungsi sebagai penghalang bagi kedua air tersebut sehingga tidak satupun dari keduanya yang dapat menghapus sama sekali ciri-cirinya.
Ayat ini menarik perhatian para pakar kelautan. Pada tahun 1873, beberapa ilmuwan dengan menggunakan kapal challenger berhasil menemukan ciri-ciri laut dari segi kadar garam, temparatur, jenis ikan atau binatang, dan sebagainya. Kemudian pada tahun 1948 ditemukan bahwa perbedaan sifat-sifat di atas menjadikan setiap jenis air berkelompok dengan sendirinya didalam bentuk tertentu terpisah dari jenis air lain, betapapun ia mengalir jauh. Penemuan para ahli juga menunjukkan adanya batas-batas air di laut tengah yang panas dan sangat asin dan di Samudera Atlantik yang temparatur airnya lebih dingin serta kadar garamnya lebih rendah. Batas-batas ini juga terlihat di Laut Merah dan Teluk Aden.
Muhammad Ibnu Ibrahim As-Sumaih, seorang guru besar ilmu kelautan pada Universitas Qatar, melakukan penelitian di teluk Oman dan Teluk Persia pada tahun 1984-1988. Di dalam penelitiannya yang menggunakan kapal canggih, ia menemukan adanya perbedaan rinci di kedua teluk tersebut. Penelitiannya juga menemukan adanya daerah di antara kedua teluk tersebut yang dinamai dengan mixed water area atau daerah barzakh (dengan istilah Al-Qur’an). Selain itu, penelitiannya juga menemukan tingkat air pada area tersebut. Pertama, tingkat permukaan yang bersumber dari Teluk Oman, dan kedua tingkat bawah yang berasal dari Teluk Persia. Adapun area yang jauh dari water mixed area itu tingkatan airnya seragam.
Terhalanganya percampuran antara kedua laut tersebut disebabkan oleh kestabilan daya tarik (gravitational stability) yang terdapat pada kedua tingkat tersebut.
Abdullah Yusuf Ali, penyusun the holy Qur’an, Text. Translitation and Commentary, menafsirkan al-barzakh secara kiasan. Menurutnya, al-barzakh didalam kedua ayat diatas adalah pembatas antara kebaikan dan keburukan didalam diri manusia. Rasa segar dan tawar didalam kedua ayat ini diartikannya sebagai kebaikan, kebenaran, dan keadilan sesuai dengan fitrah manusia, sedangkan rasa asin dipahaminya sebagai kejahatan, kelaliman, ambisi, dan sifat-sifat buruk lainnya yang bertentangan dengan fitrah manusia. Kedua sifat ini tidak mungkin pernah bertemu karena Allah telah membatasinya.
Di dalam QS. Al-Mu’minun (23): 100, al-Qur’an membicarakan penyesalan orang-orang kafir ketika menghadapi kematian. Mereka memohon agar dikembalikan kedunia supaya dapat berbuat baik. Namun, semua hanya perkataan mereka karena dihadapan mereka terdapat dinding yaitu (alam barzakh) yang tidak mungkin mereka tembus. Inilah yang menghalangi mereka untuk kembali ke dunia hingga mereka kelak dibangkitkan kembali pada hari kiamat nati.
D. Keadaan Menjelang Hari Kebangkitan Dan Setelahnya
Allah berfirman dalam QS. Yasin (36) : 51-52 yang artinya
ونفخ فى الصور فإذا هم من الأجداث الى ربهم ينسلون * قالوا يا ويلنا من بعثنا من مرقدنا هذا ما وعدالرحمن وصدق المرسلون.
Dan ditiuplah sangkakala maka serta merta mereka – dari kubur-kubur mereka- menuju Tuhan mereka. Mereka keluar berjalan cepat. Mereka berkata: “wahai kecelakaan kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat pembaringan kami?” Inilah yang pernah dijanjikan ar-Rahman dan benarlah para rasul.
Ayat diatas mengungkap sekelumit apa yang akan terjadi setelah kematian makhluk/manusia akibat teriakan (sangkakala) itu, yaitu bahwa : Dan ditiuplah sangkakala oleh malaikat Israfil sekali lagi, maka serta merta mereka semua dengan segera dan tanpa kuasa mengelak, langsung keluar dari kubur-kubur mereka masing-masing menuju Tuhan yang selama ini memelihara dan berbuat baik kepada mereka. Mereka berjalan keluar dengan cepat lagi penuh kesungguhan. Manusia yang ketika hidupnya mengingkari hari kebangkitan sungguh terperanjat dan takut, apalagi setelah melihat siksa yang menanti para pendurhaka. Mereka berkata: “Wahai kecelakaan kami yakni aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat pembaringan kami yakni kubur?” inilah yang pernah dijanjikan oleh ar-Rahman Tuhan yang maha pemurah melalui para nabi dan rasul yang dahulu kami tidak percaya dan kini telah menjadi kenyataan dan benarlah para rasul yang di utus-Nya.
Kata مرقدنا (tempat pembaringan kami), ia berasal dari kata الرقاد/ ar-ruqad (tidur yang nyenyak tetapi hanya sedikit. Begitu makna kebahasaanya menurut ar-Raghib al-ashfahani. Sementara orang menjadikan kata tersebut sebagai dalih untuk menolak adanya kehidupan di alam barzakh, termasuk siksa dan kenikmatannya. Siapa yang berada didalam kubur tidak akan merasakan apapun, karena ketika itu mereka tidur nyenyak, dan ketika dibangkitkan mereka kaget sambil bertanya seperti terbaca diatas. Begitu lebih kurang dalih mereka.
Pendapat diatas tidaklah tepat! Di kubur atau tepatnya di alam barzakh sebelum peniupan sangkakala kedua, ada siksa yang cukup pedih, tetapi setelah kebangkitan ke alam akhirat mereka sadar bahwa siksaan di neraka jauh lebih pedih, sehingga siksa di alam barzakh/kubur jika dibandinng dengannya adalah bagaikan tempat tidur belaka. Demikian tulis pakar tafsir al-Biqa’i. Inilah keadaan kaum musyrikin kelak.
Al-qur’an melukiskan keadaan orang-orang kafir ketika itu (di alam barzakh) dengan firman-Nya:
وحاق بأل فرعون سوء العذاب * النار يعرضون عليها غدوّا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب.
Fir’aun beserta kaum (pengikut)-nya dikepung oleh siksa yang amat buruk . kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan (nanti) pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat): “masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang keras” (QS. Ghafir (45-46).
Dalam QS. Qaaf ayat 22 dijelaskan juga keadaan orang yang lalai
“sesungguhnya engkau adalah dalam kelalaian dari ini (semua).” (pangkal ayat 22). Artinya bahwasanya selama kamu hidup disunia yang sangat singkat itu, hal seperti ini tidak menjadi perhatian kamu. Nasihat kebenaran tidak kamu acuhkan. Peringatan jalan kebenaran tidak kamu acuhkan. “maka Kami bukakanlah bagi kamu apa yang menutupi kamu itu; maka penglihatanmu hari ini jadilah sangat tajam.” 9ujung ayat 22).
Maka demikianlah keadaan apabila manusia yang bersalah dan tidak insaf akan kesalahannya menerima azab dan siksanya, dimasukkan kedalam neraka. Disanalah baru matanya terbuka dan penglihatannya jadi tajam. Namunmeskipun penglihatannya sudah sangat tajam, dia hanya dapat digunakan untuk menyesal, bukan untuk memperbaiki keadaan.
Adapun para syuhada’ dilukiskan sebagai orang-orang yang hidupdan mendapat rezeki.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah (bahwa mereka itu) mati. Sebenarnya mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya (QS Al-Baqarah, (154).
Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang mati. Sebenarnya mereka hidup disisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh rezeki. (QS. Ali Imran, (169).
Adapun mengeniai para penghuni surga dalam ayat selanjutnya Allah berfirman masih dalam QS. Yasin:55 yang artinya:
“sesungguhnya penghuni-penghuni surga pada hari itu dalam kesibukan, lagi sangat senang”.
Ayat di atas mengungkap sekelumit anugerah yang akan diraih oleh para penghuni surga. Namun sebelum mengungkapkannya, ayat 55 mengingatkan bahwa walau kenikmatan telah menjadi kesenangan yang berkesinambung atau katakanlah merupakan rutinitas penghuni surga, namun itu sama sekali tidak menjemukan mereka. Karena sesungguhnya penghuni-penghuni surga pada hari kebangkitan itu dalam kesibukan, lagi mereka sangat senang dengan kesibukan itu. Disana mereka tidak hidup sendiri-sendiri, tetapi mereka bersama dengan passangan-passangan mereka. Yakni istri dan suami mereka akan selalu bersama mereka dan berada dalam tempat-tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Buat mereka disana ada aneka buah-buahan yang disuguhkan oleh pelayan-pelayan yang lincah, cantik atau gagah dan dalam usia remaja dan buat mereka juga apa yang mereka minta atau harapkan.
E. Kontroversi Adanya Alam Barzakh
Dalam QS. Ghafir (40): 46.
النار يعرضون عليها غدوّا وعشيّا ويوم تقوم الساعة أدخلوا أل فرعون أشدّ العذاب.
Kata (يعرضون) terambil dari kata عرض yang berarti “menampakkan sesuatu kepada pihak lain baik untuk menarik perhatiannya, menakutkannya, maupun sekedar menampakkan atau membawanya kepada yang ditunjukkan kepadanya itu.
Ayat di atas dijadikan dalil oleh banyak ulama tentang adanya alam barzakh dan adanya siksa di alam tersebut, atau dengan kata lain siksa kubur. Anda baca terjemahan ayat itu bahwa kepada keluarga fir’aun dinampakkan neraka pada pagi hari dan petang hari. Tentu saja itu terjadi setelah mereka keluar dari pentas permukaan bumu ini dengan kata lain setelah mereka terkubur dalam perut bumi dan berbeda dengan alam duniawi saat ini.
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa dinampakkan neraka itu pada keluarga fir’aun, sedangkan Fir’aunnya tidak disebutkan, disini bukan berarti fir’aun tidak disiksa atau pada akhir hidupnya dia beriman, akan tetapi itu menunjukkan lebih pedihnya azab yang di timpakan kepada, kalau keluarganya saja sudah sepedih itu siksanya apalagi kepada Fir’aun sebagai pemimpin mereka.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa kehidupan di alam barzakh itu, berlanjut sampai hari kiamat, informasi ayat ini bertemu dengan firman-Nya dalam QS. al-Mu’minun (23): 99-100). yang berbicara tentang barzakh yang merupakan dinding pemisah antara dunia dan akhirat.
Kalau merujuk pada as-Sunnah, kita banyak sekali menemukan riwayat menyangkut kehidupan alam barzakh, misalnya bahwa orang mati saling ziarah-menziarahi dikubur mereka(barzakh). (HR.Turmudzi melalui Abu Said), juga bahwa mereka mengetahui keberadaan keluarga mereka yang masih hidup di dunia (HR. Ahmad melalui Anas Ibn Malik ra.). kendati sebagian riwayat-riwayat tersebut lemah atau diperselisihkan nilainya, namun karena banyaknya riwayat yang sebagian sangat kuat sulit untuk mengingkari siksa dan kenikmatan di alam tersebut hanya dengan alasan yang berdasarkan logika alam duniawi dan hukum yang berlaku disini, padahal telah terbukti bahwa ada alam lain dan ada juga hukum-hukum yang berlaku bagi yang berada disana. Ini serupa dengan hukum-hukum alam yang berlaku di luar angkasa, yang berbeda dengan yang berlaku di bumi sebagimana terbukti dan telah dialami oleh para antariksawan.
Sebagian hujjah dan argumen golongan-golongan (orang-orang ateis, zindiq, orang-prang ahli bid’ah, serta orang-orang yang sesat) yang mengingkari siksa dan pertanyaan malaikat pada saat di berada di alam barzakh atau alam kubur yaitutidak adanya bukti, mereka berkata, “kami pernah membongkar kuburan dan kami tidak menemukan malaikat, yang memukuli mayat dengan alat pemukul dari besi, ahli bid’ah juga mengatakan “setiap hadis yang tidak bisa diterima akal dan perasaan, menunjukkan kesalahan orang-orang yang mengatakannya. Intinya ahli bid’ah itu karena tidak menemukan bukti-bukti.
F. Penutup
Barzakh secara pengertian istilah yaitu alam diantara dunia dan akhirat, pembahasan tentang keadaan di alam barzakh banyak pendapat, apakah disana ada siksa atau hanya tidur belaka sampai datangnya hari kebangkitan. Para ulama berbeda pendapat dalam memahami ayat dalam QS. Ghafir (40): 46. Dan QS. Yasin (36) : 51-52. Karena keterbatasan makalah ini, maka untuk lebih paham dan lebih detail pengetahuan anda tentang alam barzakh silakan anda baca buku-buku karangan ulama yang sudah di akui kapabilitasnya tentang pembahasan materi ini.
Dengan mengharap ridha Allah semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin.







DAFTAR PUSTAKA
Sahabuddin, Ensiklopia Al-Qur’an, (jakarta : Lentera Hati, 2007), cet ke-1.
Shihab M.Qurais, Wawasan Al-quran, (jakarta, Mizan, 2007) cet, ke-1.
Abdullah, Terjemah tasir ibnu katsir, (kairo, Pustaka Imam Syafii, 2007),cet. ke-4.
Hamka, Tafsir Al-Azhar jilid. 9, (Pustaka Nasional, 2003), cet. ke-5.
Al-Jauziyah Ibnu Qayyim, Roh, (Pustaka Al-Kautsar, 2010), cet- ke 20.