Elrazy46
WELCOME
selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...
Selasa, 22 Oktober 2013
Untaian Doa
Segala Puji
Milik Allah Tuhan Seluruh Alam. Shalawat serta Salam dipersembahkan kepada
Rasul paling mulia, Nabi Muhammad, juga kepada keluarganya dan seluruh
sahabatnya.
Ya Allah,
aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, pekerjaan yang diterima, dan rizki
yang baik.
Ya Allah
jadikanlah akhir umurku, umur yang terbaik, akhir dari pekerjaanku, pekerjaan
yang terbaik, dan jadikanlah hari yang terbaik bagiku ketika berjumpa
dengan-Mu.
Ya Allah,
perlihatkanlah kepadaku kebenaran itu sebagai kebenaran (yang nyata) dan
berikanlah kemampuan kepadaku untuk mengikutinya. Perlihatkanlah kepadaku
kebatilan itu sebagai kebatilan dan berikanlah kemampuan kepadaku untuk
menjauhinya.
Ya Tuhan
kami, Kami telah berbuat dholim kepada diri kami sendiri, seandainya Engkau
tidak mengampuni kami, dan menyayangi kami niscaya kami akan termasuk golongan
orang yang rugi.
Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami
memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau lah
pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.
Ya Allah,
ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah
kami bersama orang-orang yang baik.
Ya Allah
ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua kami, guru-guru kami, dan seluruh
orang Islam.
Ya Allah
tutupilah aib kami, singkapkanlah dari kami musibah, terimalah
kebaikan-kebaikan kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, masukkanlah kami
ke dalam golongan orang-orang shaleh, dan kumpulkanlah kami bersama orang-orang
yang dekat dengan-Mu.
Ya Allah,
baguskanlan seluruh dampak urusan-urusan kami, dan selamatkanlah kami dari
kehinaan dunia dan adzab akhirat.
Ya Tuhan
Kami berikanlah kami kebaikan baik di dunia maupun di akhirat dan lindungilah
kami dari adzab neraka.
Segala Puji
Milik Allah Tuhan Seluruh Alam. Aamiin...
maaf ! aku curhat ..hehehe
Jujur saja aku sebenarnya kurang mampu untuk menulis untuk diriku
sendiri apalagi dibaca untuk orang lain, coz mikirnya lama gitu klo nulis tapi
keingingin sih ada Cuma belum mampu menaklukkan rasa malaz yang selalu
menemaniku. Oy kenalin dulu namaku aji mumpung dan teman-temanku memanggilku
aji. Oy balik lagi soal nulis, dari semenjak kecil aku memang tidak suka
menulis dan aku selalu mengatakan tidak baginya, aku juga tidak tahu mengapa
aku tidak suka, menulis bagiku hanya membuang-buang waktu yang dapat mengotori
tanganku dangan tinta” pikirku dulu, aku lebih suka bermain, berbicara tanpa
batas, bercanda, bahkan menyendiri sekalipun aku sukai dari pada menulis.
Kebiasaanku dan kesenanganku semenjak kecil masih aku bawa hingga
aku memasuki bangku kuliah, yah aku masih suka untuk bermain dan bermain,
bercanda dan menghibur diri dengan menonton tv ataupun layar lebar (layar kecil
juga boleh tuu...hehehe) dan satu hal lagi bahwa aku masih belum suka untuk
menulis, hari demi hari kehidupanku masih belum berubah menulis adalah hal yang
sangat langka dalam keseharianku. Pernah suatu ketika seorang dosen
memotivasiku dan teman-temanku untuk menulis dan membeberkan janji-janji manis
sekaligus ancaman kepadaku dan teman-temanku.
Menulis adalah salah satu syarat untuk kalian semua lulus dari
bangku kuliah ini, bila kalian semua tidak dapat menulis maka jangan harap anda
bisa keluar dari kampus ini dengan bangga, untuk itu maka mulailah dari
sekarang untuk belajar menulis dengan baik sebelum kalian semua menyesal’’ itu
satu pesan dosenku yang sangat aku ingat dan dapat menghapus rasa malasku
hilang untuk sementara, dan semangat tiba-tiba menghampiriku dan mendekapku,
aku terhenyak seketika itu mendengar pesan-pesan dosenku, hatiku berkata “kamu
harus berubah dan kamu harus bisa menulis dan kamu yakin kamu mampu
melakukannya”.
Semenjak itu hari-hariku berubah, aku selalu tidak lepas dari buku
dan pena, kesendirianku aku isi dengan menuangkan apa yang ada dipikiranku
dalam kertas kosong. Untuk menambah pembendaharaan di otakku aku sengaja
mencari dan membaca buku tentang menulis bagi pemula. aku senang pergi ke toko
buku hanya untuk menyenangkan hatiku, sesekali membeli satu atau dua buku yang
cocok. Satu lagi, perpustakaan menjadi tempat yang nyaman bagiku. Tugas-tugas
kampus(makalah, resume, dll) selalu aku coba kerjakan sendiri walaupun itu
tugas kelompok, aku memberanikan diri mengambil sendiri tugas itu karena ingin
tidak terlalu banyak basa-basi dengan teman satu kelompokku.
Kalau ada dosen yang berkata “siapa yang siap makalah minggu depan”
aku langsung menjawab dan tunjuk tangan “saya siap pak ! “. Terlebih kalau ada
temanku memintaku untuk membuat makalah, maka aku menerimanya dengan lugas
tanpa berfikir bagaimana hasilnya nanti. Akan tetapi kesadaran itu tidak
berlangsung lama, hari semakin kebelakang rasa malasku kembali menghampiriku,
aku sudah tidak mengingat lagi apa pesan dosenku itu bahkan aku tega
menguburnya dalam ingatanku. Rasa keinginanku untuk bisa menulis luntur
kembali, beberapa saran dari teman yang mampu menulis dengan baik hanya
beberapa saat menyadarkan keinginanku bahkan pelatihan tulis menulis yang aku ikuti
tidak mempunyai dampak apa-apa bagiku. Kebiasaanku pada waktu kecil kembali
menemaniku, hari-hariku hanya diisi dengan menonton dan bermain, bermain dan
menonton.
Hingga suatu ketika menginjak semester akhir, pesan dosenku yang
sempat aku cicipi dan akhirnya aku kubur, benar-benar menghantuiku kemanapun
aku pergi hanya pesan dosenku itu yang aku ingat, aku benar-benar pusing dan
menyesal mengabaikan pesan dosenku agar aku belajar menulis sejak dini tanpa
harus menunda waktu, dan sejak itu motivasiku untuk bisa menulis kembali muncul.
Hal ini tidak terlepas dari tugas pribadi yang harus aku buat atas perintah
dosenku yaitu mengajukan proposal skripsi untuk dilanjutkan pada pembuatan
skripsi, deadline tugas yang diberikan dosenku semakin dekat akan tetapi aku
masih belum menghasilkan apa-apa, terlebih lagi aku mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler di luar kampus yang mengharuskanku
dan menuntutku agar aku dapat menghasilkan karya berupa tulisan yang baik.
Akhirnya dengan penuh kesadaran aku singsingkan baju dilenganku,
aku bulatkan niatku dan tekadkan semangatku dan kuraih laptop temanku untuk
belajar menulis. Aku nyalakan laptopnya sambil menunggu laptonya nyala hingga
sempurna aku masih berfikir apa yang harus aku tulis sedangkan aku tidak bisa, ide-ideku
hanya menari di atas kepalaku. Dengan terpaksa aku coba untuk menjabarkan apa
yang ada dipikiranku akan tetapi belum sampai satu paragraf aku hapus karena
tidak bagus kataku, aku coba ketik lagi akan tetapi yang kedua masih sama aku
merasa tulisanku masih belum layak dan aku mencoba menulis ideku yang lain akan
tetapi gagal lagi, hingga akhirnya aku tuangkan ideku yang terakhir aku ketik
huruf demi huruf tanpa memperdulikan apa hasilnya. Dan alhamdulillah akhirnya
aku bisa tersenyum karena aku mampu memaksa ideku keluar dan menjadikannya
tulisan. Ini ceritaku ! bagaimana ceritamu ?.
Sosiologi Pendidikan
Pendahuluan
Manusia
lahir di dunia tidaklah sendirian. Sudah menjadi kodrad manusia di dunia untuk
selalu bersama dengan orang lain. Kemewahan, kekayaan, dan kekuasaan yang tiada
banding tidaklah membuat sosok manusia bsa melepaskan keinginan bersama dengan
manusia lain. Contohnya nenek moyang kita, Nabi Adam, masih membutuhkan dan
meminta kepada Tuhan untuk diberikan dan diciptan teman untuknya, yaitu Hawa.
Dari sinilah kita mengetahui bahwa fitrah atau kodrad manusia itu ada dua,
manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Maka dalam
makalah ini penulis disini berusah untuk dapat menjelaskan apa itu sosiologi
ditinjau dari dari segi istilah.
Adapun
dengan adanya masalah-masalah kompleks di dalam bermasyarakat, khususnya di
dalam pendidikan di Indonesia yang mungkin kita mengetahui sendiri, banyak
terjadi tawuran antar warga, sekolah dan lain sebagainya. fenomena itu semua
timbul karena seorang pendidik tidak bisa membaca suatu kondisi yang terjadi
disekitarnya. Oleh karenanya, maka para pakar pendidikan dan sosiologi
memberikan suatu disiplin ilmu yang sangat memberikan solusi terhadap kualitas
pendidikan itu sendiri. Sosiologi Pendidikan merupakan suatu analisis terhadap
proses sosiologi yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Kemudian penulis
juga akan berusaha memaparkan suatu faktor ekologi dalam masyarakat atau
lingkungan kita dengan organisasi sekolah. Penulis sadar akan banyaknya
kekurangan di dalam makalah ini, baik dalam penulisannya maupun isi makalah ini.
Dan tidak lupa juga penulis sangat beterimakash kepada bapak dosen pembimbing
yang telah banyak membibing kami untuk dapat menulis tugas makalah ini
1.
Sejarah
kemunculan kajian sosiologi pendidikan
Jika
kita melihat secara umum bagaimana kemunculan pengetahuan atau ilmu bernama
sosiologi dan pendidikan memang memiliki sejarahnya masing masing. Kemunculan
sosiologi pendidikan pun memiliki sejarahnya masing-masing. Sosiologi
pendidikan pertama kali dikuliahkan oleh Henry Suzzalo tahun 1910 di Teachar Colleg,
Uneversitas Colombia. Akan tetapi, baru pada tahun 1917 terbit texbook
sosiologi pendidikan yang pertama kali
karya Walter R. Smit dengan judul Intoduction
to Educatiaonal Sosiologi . himpunan untuk sosiologi pendidikan dibentuk
pada kongres himpunan sosiologi Amerika dalam tahun 1923. Sejak tahun itu
diterbitkan buku tahunan sosiologi pendidikan.
Sebenarnya,
sosiologi pendidikan itu yang paling berkepentingan dan wajib mengetahui adalah
kaum pendidik, peneliti, mahasiswa, dan para pemangku kebijakan pendidikan
nasional di tanah air. Lantas, apa dan bagaimana timbulnya sosiologi
pendidikan? Mengapa guru dan calon guru harus memahami dan dibekali sosiologi
terutama sosiologi pendidikan?
Jawabannya
bisa sebagai berikut. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami
perubahan sangat cepat dan kerap menunjukkan gejala berkurangnya kesetiaan
terhadap nilai-nilai umum. Perubahan sosial yang sangat cepat itu meliputi bidang kehidupan dan merupakan masalah bagi
semua institusi sosial, seperti agama, pemerintahan, pendidikan dan lain-lain.
Masalah pendidikan di keluarga, di sekolah dan di masyarakat merupakan refleksi
masalah-masalah sosioal masyarakat. Masyarakat pada hakikat merupakan sistem
relasi-relasi. Tiap masyarakat mengalami perubahan dan kontinuasi, integrasi
dan disentegrasi, serta kerja sama dan konflik.
Dasar
ikatan masyarakat ialah adanya nilai-nilai umum yang diterima bersama oleh
anggota-anggotanya. Adanya program-program yang berlawanan dari
kelompok-kelompok dalam masyarakat menyebabkan hilang atau berkurangnya
kesetiaan tehadapnilai umum itu. Menuru Ralph Linton, nilai-nilai dalam
masyarakat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu, pertama, nilai-nilai inti atau universal, kedua nilai-nilai alternatif. Universal itu kuat, setabil, dan
diterima oleh sebagian besar masyarakat. Alternatif itu tidak stabil, kurang
itegrated, dan hanya diterima oleh sebagian masyarakat.
2.
Pengertian
Sosiologi Pendidikan
Beberapa ahli
memberikan pengertian tentang sosiologi pendidikan yaitu sebagai berikut:
·
Menurut Prof. Dr. S.
Nasution, sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui
cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kependidikan
individu agar lebih baik.
·
Menurut F.G. Robins dan
Brow, sosiologi pendidikan ialah ilmu yang mebicarakn dan menjelaskan hubungan-hubungan yang
memengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman.
Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prisip untuk
mengontrol.
·
Charles A. Elwood
menjelaskan sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
peroses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan yang lain.
3.
Maksud
dan Tujuan kajian sosiolgi pendidikan
Ada beberapa konsep
tentang tujuan sosiologi pendidikan antara lain sebagai berikut.
·
Sosiologi pendidikan
sebagai analisis proses sosial. Di antara para ahli sosiologi pendidikan, ada
yang beranggapan bahwa seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat
perhatian bidang studi ini.
·
Sosiologi pendidikan
sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. L.A. Cook mengutamakan
fungsi lembaga pendidikan dalam masyrakat dan menganalisis hubungan sosial
antara sekolah dan berbagai aspek masyarakat.
·
Sosiologi pendidikan
sebagai analisis interaksi sosial di
sekolah serta antara sekolah dan masyarakat. Disini diusahakan menganalisis
pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan
hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah.
·
Sosiologi pendidikan
sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial.
·
Sebagai dasar untuk
menentukan tujuan.
Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam dan Tokoh-tokohya
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya filsafat disebut sebagai induk ilmu
pengetahuan (mother of science) sebab filsafat seakan-akan mampu
menjawab pertanyaan tentang segala sesuatu dan segala hal, baik yang
berhubungan dengan alam semesta, maupun manusia dengan segala problematika dan
kehidupannya. Namun seiring dengan perubahan zaman, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang melahirkan berbagai disiplin ilmu baru dengan
masing-masing spesialisasinya, filsafat seakan-akan telah berubah fungsi dan perannya.
Dewasa ini, peran dan fungsi filsafat mengalami
perkembangan dalam posisi approach (pendekatan). Filsafat, dengan cara
kerjanya yang bersifat sistematis, universal, dan radikal, yang mengupas
sesuatu secara mendalam ternyata sangat relevan dengan problematika hidup dan
kehidupan manusia serta mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam
disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu sama lain.
Dengan demikian, dengan menggunakan analisa filsafat,
berbagai macam ilmu yang berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali
relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan lebih mampu lagi
meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.
Filsafat
pendidikan telah mengalami perubahan dan kemajuan yang cukup besar. Dulu
filosof sebagai penguasa tunggal berwenang dalam merumuskan suatu filsafat
tentang pendidikan yang sistematis sebagaimana idealisme, realisme, dan
pragmatisme untuk menyimpulkan prinsip-prinsip umum filosofis tentang tujuan
pendidikan. Namun sekarang hal itu tidak dapat dilakukan secara sepihak, sebab
telah terdapat keragaman keahlian yang dimiliki masyarakat, ini berarti harus
ada koherensi antara filosof dan perkembangan pemikiran dan kebutuhan
masyarakat. Sejalan dengan apa yang terjadi sekarang, maka kami mencoba untuk
merumuskan kembali perkembangan filsafat pendidikan Islam serta tokoh yang ada
di dalamnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Filsafat
Pendidikan Islam dan Tokoh-tokohya
A. Periode Awal Perkembangan Islam
Periode ini meliputi
masa kehidupan nabi Muhammad SAW. Dan masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin.
Periode awal perkembangan Islam ini dibedakan dari periode berikutnya dengan
pertimbangan bahwa selama masa kekuasaan Nabi dan para penggantinya (khulafa’
al-Rasyidin), kekuasaan Islam masih berpusat di wilayah Arab. Dan mengingat
masa antara kehidupan Nabi SAW dan masa penggantinya relatif hanya sekitar 29
tahun (Nabi wafat tahun 632 M dan Ali RA. Wafat tahun 661 M).
Seperti diketahui dari
latar belakang sejarah, bahwa Islam bukan diturunkan diwilayah terasing,
melainkan diwilayah yang terletak pada lalu-lintas dagang yang pelabuhan
transito (penghubung) antara dua kekuatan adikuasa yang dominan ketika itu,
yakni Persia di Timur dan Romawi di Barat. Namun demikian, kondisi masyarakat
Arab yang memiliki mobilitas yang tinggi itu secara sosial politik masih
tergolong sebagai masyarakat yang relatif primitif. Latar belakang kehidupan
masyarakat nomaden masih merupakan ciri umum kehidupan masyarakat Arab sekitar
kota Mekah dan Madinah. Dengan demikian kedatangan Islam membawa suatu revolusi
besar dalam mengubah tatanan sosial politik dan sosial budaya. Masyarakat
nomaden yang hidup berpuak-puak berubah menjadi masyarakat berpemerintahan, dan
dari masyarakat penyembah berhala menjadi suatu ummah yang diikat suatu
akidah yang sama. Masyarakat Arab dan latar belakang kehidupannya, setelah
kedatangan Islam ternyata mampu menjadi masyarakat yang berperadaban.
Padahal sebelum
kedatangan Islam masyarakat Arab adalah terdiri atas masyarakat pribumi yang
buta aksara, meskipun kemampuan hafalan mereka rata-rata mengagumkan. Waktu
kedatangan Islam, menurut Ibn Khaldun baru ada 17 orang Quraisy yang pandai
tulis baca, ditambah empat orang wanita. Ubaidah Ibn Jarrah, Thalhah Ibn
Zubair, Yazid Ibn Abi Sufyan, Abu Huzaifah Ibn ‘Utbah, Khatib Ibn Amr, Abu
Samah Ibn Abd al-Asad al-Mahzumi, Aban Ibn Sa’id Ibn Ash dan saudaranya Khalid,
Khawaitib Ibn Abd al-‘Azy al-‘Amiry, Abu Sufyan Ibn Harb, Mu’awiyah Ibn Abi
Sufyan, Juhaimah Ibn al-Shalah dan al-‘Alla’Ibn al-Hadhramy. Adapun yang
perempuan adalah Hafsah Bint ‘Umar, ‘Aisyah hanya bisa baca tapi tak bisa
menulis, demikian pula Ummu Salamah.
Pemikiran mengenai falsafat
pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat
al-Quran dan hadits, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi
Islam. Dengan kata lain, kata Hasan Langgulung, bahwa pemikiran pendidikan
Islam dilihat dari segi al-Quran dan hadits, tidaklah muncul sebagai pemikiran
yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti tang digambarkan
oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam kerangka paradigma umum bagi masyarakat
seperti yang dikehendaki oleh Islam. Dengan demikian pemikiran mengenai
pendidikan yang kita lihat dalam al-Quran dan hadits mendapatkan nilai ilmiahnya.[1]
Di periode kehidupan
Rasul S.A.W. ini tampaknya mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber
dari al-Quran dan hadits secara murni. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran al-Quran yang diteladani oleh masyarakat
dari sikap dan perilaku hidup Nabi SAW.
Memang wilayah
kekuasaan Islam, sejak awal perkembangannya berada diantara dua kerajaan besar,
yaitu Parsi dan Romawi Timur. Dan sejak zaman Rasul SAW. Pun upaya untuk
mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan itu sudah dilakukan, terutama
dalam kegiatan perdagangan. Namun demikian, dalam kaitannya dengan perkembangan
Islam itu sendiri, kegiatan Rasul SAW.baru terbatas pada kegiatan
dakwah”mengajak menyerukan”agar para pemimpin kerajaan tersebut menerima Islam.
Usaha ini misalnya terlihat dari bukti surat-surat yang dikirimkan Rasul SAW.
Kepada Kaisar Heraclius (Kaisar Romawi Timur), Muqauqis (Gubernur Romawi Timur
di Mesir), Kisra (Raja Persia), al-Najasyi (Raja Ethiopia), al-Mundzir Ibn Sawi
(Raja Bahrain), Hudzah Ibn Ali (Raja Yamamah), dan kepada al-Harits Ibn Abi
Syammar (Gubernur Romawi di Syam), tetapi hal itu baru terbatas pada misi
dakwah ).
Di zaman pemerintahan khulafa’ al-Rasyidin pun, terutama semasa
pemerintahan Umar Ibn Khattab, wilayah kekuasaan Islam sudah luas ke luar tanah
Arab. Untuk itu diperlukan perangkat tertentu dalam pemerintahan seperti
administrasi pemerintahan, sistem keuangan maupun pasukan khusus maupun yang
menyangkut hubungan antar wilayah dengan pusat pemerintahan. Tetapi sejauh yang
dapat diketahui, perubahan-perubahan yang terjadi belum terlalu banyak, karena
perluasan wilayah masih terbatas pada kegiatan dakwah dan bukan dengan tujuan
menjajah.
B.
Periode Klasik
Periode klasik mencakup rentang masa
pasca pemerintahan khulafa al-Rasyidin hingga awal masa imperialis barat.
Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan
Islam dan kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga ke awal abad
XIX. Beberapa pertimbangan yang
dijadikan dasar pembagian.
Faktor pertama, sistem pemerintahan.
Seperti diketahui, sistem pemerintahan periode Rasul dan para Khalifah yang
empat berbeda dengan sistem pemerintahan di periode-periode sesudahnya. Yang
jelas, memasuki era kekuasaan Bani Umayyah, sistem pemerintahan Islam lebih
bersifat monarki absolut (kerajaan). Pengangkatan Khalifah sudah tidak
didasarkan pada prinsip pemilihan dan petunjukkan atas dasar baiat, melainkan
didasarkan keturunan. Sistem khalifah berganti menjadi sistem kerajaan. Adanya
perubahan sistem dalam pemerintahan ini mempengaruhi pula berbagai perubahan
yang menyangkut kepentingan kepemerintahan seperti kelembagaan, peristilahan
dan lainnya. Untuk itu diperlukan perangkat khusus yang diperkirakan dapat
menunjang penyaelengaraan sistem tersebut.
Faktor kedua, yaitu luas wilayah.
Sejak periode pemerintahan Umar Ibn Khattab (634-644 M), wilayah kekuasaan
Islam sudah meluas ke luar jazirah Arab hingga ke Mesir dan Irak. Tapi baru di
zaman kekuasaan Bani Umayyah Timur (660-749 M.), pusat pemerintahan dipindahkan
ke Damaskus. Dan dalam kelanjutan dinasti ini, kemudian ketika menguasai
Andalusia (755-1031 M.) pusat pemerintahan berada di Granada. Selanjutnya, di
Timur kekuasaan Bani Umayyah diambil alih oleh Bani Abbas (749-1258 M.) dengan
ibukotanya Baghdad.
Adapun faktor ketiga, yaitu kemajuan
yang dicapai dalam berbagai bidang seperti politik, pemerintahan, ilmu
pengetahuan, sastra, arsitektur dan ekonomi memungkinkan negera-negera Islam
untuk mengembangkan diri. Berbagai kelembagaan didirikan sejarah dengan
kebutuhan dan tuntutan kemajuan yang dicapai. Dan kelembagaan itu sendiri pada
dasarnya lahir dari hasil pemikiran para ahli bidangnya, terutama yang
berkaitan dengan pendidikan.
Kemudian faktor keempat, yaitu
hubungan antar bangsa. Di zaman klasik ini, terutama melalui kekuasaan Bani
Abbas di Baghdad, kerajaan Islam sudah menjadi negara adikuasai. Secara politis
memang kerajaan-kerajaan Islam merupakan kerajaan besar. Selain itu wilayah
kerajaan ini menjadi pusat peradaban dunia ketika itu. Di wilayah Timur Baghdad
dikenal sebagai kota Metropolitan, pusat peradaban dunia di Timur. Dan status
yang sama, untuk wilayah Barat (Eropa) diwakili oleh Granada di Andalusia.
Dari dasar
pertimbangan tersebut, maka diketahui bahwa di awal periode klasik terlihat munculnya
sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan tersebut
tampak disesuaikan dengan kepentingan dan tempat serta waktu. Beberapa
karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang karya-karyanya secara langsung
memuat pembahasan mengenai pendidikan yaitu:
1.
Ibn Qutaibah (213-276 H.)
Nama lengkap Ibn Qutaibah adalah Abu
Muhammad Abdullah Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri. Ia dilahirkan di Kufah tahun
213 H. Dan meninggal dalam usia 63 tahun (276 H.). Walaupun sebagai seorang
keturunan Parsi, sebagian besar usianya dihabiskan di Baghdad. Di kota ini ia
belajar berbagai disiplin ilmu dari sejumlah ulama terkemuka di zamannya
seperti Abu al-Fadl al-Rayyani, Ishaq Ibn Rahawiyah al-Mahruzi al-Nasaiburi dan
Abu Hatim. Menurut Imam Sayuti, Ibn Qutaibah dikenal sebagai seorang ilmuan
dalam bahasa Arab dan sejarah. Selain itu ia dikenal sebagai ilmuwan yang
produktif. karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an,
Gharib al-Qur’an, Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, al-Syi’r wa al-Syu’ara;
al-Ma’arif, al-Radd ‘ala al Jahimmiyah wa al-Musyibbihah, Imamah wa al-Siyasah,
dan ‘Uyun al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah
pendidikan bagi kaum wanita, ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang
mengembangkannya
2.
Abu Sa’id Sahnun dan Muhammad Ibn
Sahnun
Abu Sa’id Sahnun Ibn Habib al-Tanubi
lahir di kairawan sekitar tahun 160 H. Kemudian menuntut ilmu di Mesir, Hijaz
dan Syam. Karya ilmuwan ini dibidang pendidikan kurang dikenal. Tetapi ilmuwan
yang kemudian lebih dikenal adalah Muhammad Ibn Sahnun al- Tanubi yang juga
berasal dari Kairawan. Muhammad Ibn Sahnun lahir tahun 202 H. Ia merupakan
pemikir yang mempelopori pembaharuan pendidikan di zaman keemasan Islam.
Muhammad Ibn
Sahnun adalah pencetus pemikiran pendidikan yang lepas dari keterkaitannya
dengan sastra dan mashab-mashab pemikiran falsafat. Disini terlihat Ibn Sahnun
mulai menampak kepemikiran pendidikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
mandiri. Buku karanganya mengenai pendidikan berjudul Adab al-Mu’allimin
merupakan pembahasan tentang pendidikan pertama kali yang dipisah dari hubungan
integralnya dengan ilmu-ilmu keislaman, seperti halnya hasil karya ilmuwan
muslim pendahulunya. Dengan demikian muhammad Ibn Sahnun dapat digolongkan
menjadi pencetus pemikiran kependidikan islam di zaman klasik.
3.
Ibn Masarrah (269-319)
Muhammad
Ibn Abdillah Ibn Masarrah al-Jabali adalah seorang Muslim Andalusia (spanyol).
Ia dilahirkan di Cordova pada tahun 269 H. (883 M), dan meninggal ditempat
perkampungan (komunitas Sufi atau Zawiyah) dekat Cordova tahun 319/931
M. Ibn Masarrah dingenal sebagai seorang sufi dan filosof Muslim pertama
dibelahan wilayah Islam barat. Namun demikian Ibn masarrah juga menulis
pemikirannya mengenai pendidikan dalam bukunya berjudul kitab al-Tabsirat (Buku
pengajaran), dan kitab al-Huruf (Lambang-lambang huruf).
Dalam
pemikiran falsafatnya, Ibn masarrah juga menguraikan tentang sifat-sifat jiwa manusia. Ia berpendapat bahwa secara
individual, jiwa manusia merupakan pancaran dari jiwa universal (al-Nafs).
Keberadaan jiwa dalam tubuh manusia dikiaskannya sebagai terkungkung itu, manusia harus membersihkan dirinya
secara sepiritual, denga cara mendekatkan diri kepada Tuhan.
4.
Ibn Maskawaih (330-421 H.)
Abu
ali Ibn maskawaih dilahirkan di Ray tahun 330 H/940 M. Karya tulis Ibn
maskawaih seluruhnya berjumlah 18 judul, dan kebanyakan berhubungan dengan
masak kejiwaan dan akhlak. Slah satu dari karya Ibn Maskawaih yang memuat
pemikiran pendidikannya adalah termuat dalam bukunya Tahzib al-Akhlaq
(pendidikan Akhlak). Ia juga berpendapat bahwa penulisan sejarah harus
didasarkan atas kajian yang bersifat ilmiah dan filosofis.
Menurut pandanganya, manusia adalah
makhluk yang memiliki keistemewaan dari kenyataannya manusia memiliki daya
pikir. Berdasarkan daya pikir itu pula manusia dapat membedakan antara yang
benar dan yang salah, serta yang baik dan yang buruk. Dan manusia yang paling
sempurna kemanusiannya adalah mereka yang paling benar berfikirnya serta yang
paling mulia usaha dan perbuatannya. Selain itu ia berpendapat bahwa untuk
menunjukkan kebaikan manusia harus membina kerjasama. Usaha untuk melakukan
kebaikan merupakan indikator dari tingkat kesempurnaan dan tujuan dari
penciptaan manusia itu sendiri.
5.
Ibn Sina (370-428 H.)
Abu
Ali al-Husein Ibn Abdullah Ibn Sina lahir di Bukhara tahun 370 H/980 M). Ia
dianggap sebagai orang yang cerdas, karen adiusia yang sangat muda (17 tahun)
Ibn Sina telah dikenal sebagao filosof dan dokter termuka di Bukhara, selain
itu Ibn Sina juga dikenal sebagai tokoh yang luar biasa. Kecuali sebagai
seorang ilmuwan ia juga dapat melakukan berbagai pekerjaan dengan baik seperti
dalam bidang kedokteran, pendidikan, penasehat politik, pengarang dan bahkan
menjadi waris ( menteri)
Sebagi ilmuwan Ibn sina telah
berhasil mennyumbangkan buah pemikirannya dalam buku karangannya yang berjumlah
276 buah. Diantara karya besarnya adalah al-Syifa’ berupa ensiklopodi
tentang fisika, matematika, logika dan matematika. Kemudian al-Qanun al-Tibb
adalah sebuah ensiklopodi kedokteran.
6.
Al-Ghazali (450/1058-505/1111 M.)
Abu
Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali dilahirkan di Thusia di daerah Khurasan
(persia), tahun 450H/1058 M. Sejak kecil, al-Gazali dikenal sebagai anak yang
sngat senang dengan ilmu pengatahua. Jadi tak mengherankan sejak masa kanak-kanak
ia telah belajar kepada sejumlah guru di kota kelahiranya, antara lain Ahmad
Ibn muhammad al-Radzikani. Selain itu juga tak segan-segan ia belajar kepada
guru yang jauh dari kota kelahirannya. Diantara guru yang terkenal yang pernah
jadi gurunya ialah Imam al Juwaini (Imam al-Haramain), sewaktu al_Gazali
menuntut ilmu di Nausabur.
Melihat
kemampuan dan kecerdasan al-Gazali, al-Juwaini memberinya gelar “bahrun
mughriq” (laut yang menenggelamkan).Al-Gazali baru meninggalkan Naisabur
setelah Imam al-Juwaini meninggal dunia tahun 1085 M.(478 H.) Dari Naisabur
al-Ghazali menuju baghdad dan menjadi guru besar di universitas yang didirikan
Nidham al-Mulk seorang Perdana Menteri Sultan Bani Saljuk. Di tengah-tengah
kesibukannya sebagai guru besar, ternyata al-Gazali yang kreatif ini sempat
mengarang sejumlah buku ilmu pengetahuan, antara lain
Al-Basith,Al-Wajiz.Khulashah Ilmi Fiqh, Al-Munqil fi Ilm Al-Jadal, Ma’khaz
Al-Kalaf, Lubab Al-Nadzar, Tahsin Al-Ma’akhidz dan Mamadi’ wa Al-Ghayat
fi Fan Al-Khalaf.
Menurut
pandangan al-Ghazali, ilmu dapat dilihat dari kedua segi, yaitu ilmu sebagai
proses dan ilmu sebagai obyek. Dari segi pertama, al-Ghazali membagi ilmu
menjadi ilmu hissiyah, ilmu aqliyah dan ilmu ladunni. Ilmu
hissiyah diperoleh manusia melalui penginderaan (alat dria),sedangkan
ilmu aqliyah diperoleh melalui kegiatan berpikir (akal). Sedangkan ilmu ladunni
diperoleh langsung dari Allah, tanpa melalui proses penginderaan atau pemikiran
(nalar), melainkan melalui hati dalam bentuk ilham.
C.
Periode Modern
Merujuk
kepada pembagian priodisasi sejarah Islam yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Harun
Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. Menjelang periode
modern ini, setelah Bani Abbas dan Bani Ummayah secara politik dapat
dilumpuhkan, kekuasaan islam masih dapat dipertahankan. Tiga kerajaan besar
yaitu Kerajaan Turki Utsmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), Kerajaan Safawi
(Persia) dan kerajaan Mughol (India) masih memegang hegemoni kekuasaan Islam.
Namun menjelang abad ke-17 dan awal abad ke-18 kerajaan-kerajaan Islam
tersebut, satu persatu dapat dikuasai bangsa-bangsa Eropa (Barat).[2]
Beberapa pemikir pendidikan yang
tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya
dengan perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode modern, seperti:
1.
Rifa’at Badawi Rafi’ al-Thahthawi
(1801-1873)
Al-Thahthawi
seorang pemikir pendidikan Mesir, yang dilahirkan dikota Thahtha (Mesir bagian
selatan) tahun 1801. Ayahnya masih mempunyai hubungungan keturunan Husein cucu Muhammad
SAW. Sebagai anak yang cemerlang, al-Thahthawi kemudian berhasil menamatkan
pelajarannya di al-Azhar. Dan setelah tamat berturut-turut iamengembangkan
karir kependidikannya sebagai tenaga pengajar di al-Azhar, dan tahun 1824
menjadi iman tentara. Kedudukannya sebagai iman tentara ini pula kemudian yang
membawa ia untuk belajar diperancis atas biaya Muhammad Ali[3].
Selama
belajar di perancis al-Thahthawi berusaha melengkapi wawasan ilmiahnya dengan
berbagai cabang ilmu pengetahuan seoerti sejarah, teknik, ilmu bumi, politik
dan lain-lain. Selain itu ia juga sempat menerjemahkan sebanyak 12 buku dan
risalah, antara lain risalah tentang sejarah Alexander Macedonia, buku-buku
mengenai pertambangan, mengenai akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa, mengenai
ilmu bumi, risalah mengenai teknik, mengenai hak-hak manusia, tentang kesehatan
dan sebagainya.
Adapun
ide-ide dan pemikiran kependidikannya ia tulis dalam buku al-Mursyid al-Amin
Lil Banati wa al-Banin (pedoman bagi pendidikan putra dan putri). Di dalam
buku ini dapat dilihat tentang pemikiran Thahthawi. Ia menulis ide-idenya
mengenai pendidikan meliputi:
Pertama, pembagian jenjang
pendidikan atas tingkat permulaan, menengan dan pendidikan tinggi sebagai
pendidikan akhir. Kedua, pendidikan diperlukan, karena pendidikan merupakan
salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan. Ketiga, pendidikan mesti
dalaksanakan dan diperuntukkan bagi segala golongan. Makanya tidak ada
perbedaan antara pendidikan untuk anak
laki-laki dan anak perempuan. Pemikiran mengenai persamaan antara laki-laki dan
pendidikan anak perempuan ini dinilai sebagai mencontoh ide pemikiran Yunani.[4]
- Muhammad Abduh (1849-1905)
Muhammad
Abduh dilahirkan tahun 1849 (1266 H.) di salah satu desa di Delta Mesir bagian
hilir. Ayahnya adalah seorang petani keturunan Turki yang telah lama menetap di
Mesir, dan ibunya keturunan Arab yang memiliki hubungan darah dengan suku Arab
asal keturunan khalifah Umar Ibn Khattab. tokoh ini yang memulai membongkar
kejumudan umat Islam dengan konsep rasionalitasnya, pemikirannya tentang
pendidikan yang disebarkan melalui majalah al-Manar dan al-‘Urwat
al-Wusqa menjadi rujukan bagi tokoh pembaharu di dunia Islam. Muhammad
Rasyid Ridha meneruskan gagasannya melalui majalah al-Manar dan Tafsir
al-Manar, Kasim Amin dengan bukunya Tahrir al-Mar’ah, Farid Wajdi
dengan bukunya Dairat al-Ma’arif, Syeikh Thanthawi Jauhari melalui
karangannya al-Taj al-Marshuh bi al-Jawahir al-Qur’an wa al-Ulum. Dan
masih banyak lagi tokoh pembaharuan dalam Islam yang mendasarkan pola pikirnya
merujuk konsep pemikiran Muhammad Abduh.[5]
3.
Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986)
Al-Faruqi
dilahirkan di Yaifa (Palestina) pada 1 Januari 1921. Latar belakang pendidikan
al-Faruqi adalah pendidikan Barat. Pendidikan awalnya di College des Feres yang
ia selesaikan tahun 1936. Kemudian sarjana mudanya di Amerika University
ditamatkannya tahun 1941. Adapun gelar Masterbya dari Indiana University serta
Harvard University dalam bidang filsafat. Kemudian gelar dokter diperolehnya
dari Indiana University. Selanjutnya selama empat tahun ia menekuni studi
keislaman di Univesitas al_Azhar (kairo).
Karir kepegawaian al-Faruqi diawali
dari pegawai pemerintah Palestina di bawah mandat Inggris. Kemudian menjadi
Gubernur terakhir Propinsi Galilee (yang tahun 1947 direbut Israel). Hal ini
pula yang kemudian mendorong al-Faruqi
hijrah ke Amerika untuk melanjutkan studinya.
Adapun karir akademik al-Faruqi diawali sebagai dosen
di McGill University (Kanada) tahun 1959. Selama menjadi dosen, ia menyempatkan
diri untuk mendalami Judaisme dan Kristen.Tahun 1961, ia pindah ke Karachi,
bergabung dengan Central Institute for Islamic Research, dan tahun 1963 ia
kembali ke Amerika mengajar di Fakultas Agama pada University of Chicago.
Setelah mendirikan program
pengkajian Islam di University Syracuse(New York) dan pindah ke Temple
University(Philadelphia) ia tetap
memantapkan karirnya sebagai tenaga ahli dalam pengkajian islam. Di
Syracuse Univeysity tempat ia menekuni
Pusat Kajian Islam yang ia dirikan ini pula Isma’il Raj’i al-Faruqi mengakhiri
karirnya. Tahun 1986 ia meninggal dunia sebagai korban pembunuhan.[6]
Sebagai
ilmuwan, al-Faruqi dikenal cukup produktif . Ia telah menulis sekitar 20 buku
dan 100 artikel. Melalui tulisan itu pula pemikiran al-Faruqi tersebar luas ke
negara-nagara Islam di seluruh dunia. Di antara buku-bukunya yang pentimg
adalah Christian Ethics, An Historical Atlas of Religions of
The World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas
of Islam. pandangannya bahwa umat
Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah, dan dualisme sistem pendidikan
yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh sebab itu pendidikan harus
dikembangkan ke arah yang lebih modern dan berorientasi ketauhidan.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaluddin
dan Said, Usman, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangannya,
(Jakarta : Rajawali Press, 1999)
Zuhairini,
dkk, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2004) cet III.
Langgulung,
Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, ( Bandung, Ma’arif,
1995)
Nasution,
Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, ( Jakarta
: Bulan Bintang, 2003) cet XIV.
http://avicena-sumbersari.blogspot.com/2012/03/sejarah-perkembangan-filsafat.html akses tgl 19/04/2012 : 23/45
[1] Hasan langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam,
Bandung, Ma’arif, 1995, hal 120.
[2] Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran
dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal 6.
[3] Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran
dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal 35.
[4] Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran
dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal 39.
Langganan:
Postingan (Atom)