WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Selasa, 22 Oktober 2013

Observasi PPL MTsN 3

Untaian Doa



Segala Puji Milik Allah Tuhan Seluruh Alam. Shalawat serta Salam dipersembahkan kepada Rasul paling mulia, Nabi Muhammad, juga kepada keluarganya dan seluruh sahabatnya.
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, pekerjaan yang diterima, dan rizki yang baik.
Ya Allah jadikanlah akhir umurku, umur yang terbaik, akhir dari pekerjaanku, pekerjaan yang terbaik, dan jadikanlah hari yang terbaik bagiku ketika berjumpa dengan-Mu.
Ya Allah, perlihatkanlah kepadaku kebenaran itu sebagai kebenaran (yang nyata) dan berikanlah kemampuan kepadaku untuk mengikutinya. Perlihatkanlah kepadaku kebatilan itu sebagai kebatilan dan berikanlah kemampuan kepadaku untuk menjauhinya.
Ya Tuhan kami, Kami telah berbuat dholim kepada diri kami sendiri, seandainya Engkau tidak mengampuni kami, dan menyayangi kami niscaya kami akan termasuk golongan orang yang rugi.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat  sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkau lah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami bersama orang-orang yang baik.
Ya Allah ampunilah dosa-dosa kami, kedua orang tua kami, guru-guru kami, dan seluruh orang Islam.
Ya Allah tutupilah aib kami, singkapkanlah dari kami musibah, terimalah kebaikan-kebaikan kami, hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang shaleh, dan kumpulkanlah kami bersama orang-orang yang dekat dengan-Mu.
Ya Allah, baguskanlan seluruh dampak urusan-urusan kami, dan selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan adzab akhirat.
Ya Tuhan Kami berikanlah kami kebaikan baik di dunia maupun di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.
Segala Puji Milik Allah Tuhan Seluruh Alam. Aamiin...

maaf ! aku curhat ..hehehe



Jujur saja aku sebenarnya kurang mampu untuk menulis untuk diriku sendiri apalagi dibaca untuk orang lain, coz mikirnya lama gitu klo nulis tapi keingingin sih ada Cuma belum mampu menaklukkan rasa malaz yang selalu menemaniku. Oy kenalin dulu namaku aji mumpung dan teman-temanku memanggilku aji. Oy balik lagi soal nulis, dari semenjak kecil aku memang tidak suka menulis dan aku selalu mengatakan tidak baginya, aku juga tidak tahu mengapa aku tidak suka, menulis bagiku hanya membuang-buang waktu yang dapat mengotori tanganku dangan tinta” pikirku dulu, aku lebih suka bermain, berbicara tanpa batas, bercanda, bahkan menyendiri sekalipun aku sukai dari pada menulis.
Kebiasaanku dan kesenanganku semenjak kecil masih aku bawa hingga aku memasuki bangku kuliah, yah aku masih suka untuk bermain dan bermain, bercanda dan menghibur diri dengan menonton tv ataupun layar lebar (layar kecil juga boleh tuu...hehehe) dan satu hal lagi bahwa aku masih belum suka untuk menulis, hari demi hari kehidupanku masih belum berubah menulis adalah hal yang sangat langka dalam keseharianku. Pernah suatu ketika seorang dosen memotivasiku dan teman-temanku untuk menulis dan membeberkan janji-janji manis sekaligus ancaman kepadaku dan teman-temanku.
Menulis adalah salah satu syarat untuk kalian semua lulus dari bangku kuliah ini, bila kalian semua tidak dapat menulis maka jangan harap anda bisa keluar dari kampus ini dengan bangga, untuk itu maka mulailah dari sekarang untuk belajar menulis dengan baik sebelum kalian semua menyesal’’ itu satu pesan dosenku yang sangat aku ingat dan dapat menghapus rasa malasku hilang untuk sementara, dan semangat tiba-tiba menghampiriku dan mendekapku, aku terhenyak seketika itu mendengar pesan-pesan dosenku, hatiku berkata “kamu harus berubah dan kamu harus bisa menulis dan kamu yakin kamu mampu melakukannya”.
Semenjak itu hari-hariku berubah, aku selalu tidak lepas dari buku dan pena, kesendirianku aku isi dengan menuangkan apa yang ada dipikiranku dalam kertas kosong. Untuk menambah pembendaharaan di otakku aku sengaja mencari dan membaca buku tentang menulis bagi pemula. aku senang pergi ke toko buku hanya untuk menyenangkan hatiku, sesekali membeli satu atau dua buku yang cocok. Satu lagi, perpustakaan menjadi tempat yang nyaman bagiku. Tugas-tugas kampus(makalah, resume, dll) selalu aku coba kerjakan sendiri walaupun itu tugas kelompok, aku memberanikan diri mengambil sendiri tugas itu karena ingin tidak terlalu banyak basa-basi dengan teman satu kelompokku.
Kalau ada dosen yang berkata “siapa yang siap makalah minggu depan” aku langsung menjawab dan tunjuk tangan “saya siap pak ! “. Terlebih kalau ada temanku memintaku untuk membuat makalah, maka aku menerimanya dengan lugas tanpa berfikir bagaimana hasilnya nanti. Akan tetapi kesadaran itu tidak berlangsung lama, hari semakin kebelakang rasa malasku kembali menghampiriku, aku sudah tidak mengingat lagi apa pesan dosenku itu bahkan aku tega menguburnya dalam ingatanku. Rasa keinginanku untuk bisa menulis luntur kembali, beberapa saran dari teman yang mampu menulis dengan baik hanya beberapa saat menyadarkan keinginanku bahkan pelatihan tulis menulis yang aku ikuti tidak mempunyai dampak apa-apa bagiku. Kebiasaanku pada waktu kecil kembali menemaniku, hari-hariku hanya diisi dengan menonton dan bermain, bermain dan menonton.
Hingga suatu ketika menginjak semester akhir, pesan dosenku yang sempat aku cicipi dan akhirnya aku kubur, benar-benar menghantuiku kemanapun aku pergi hanya pesan dosenku itu yang aku ingat, aku benar-benar pusing dan menyesal mengabaikan pesan dosenku agar aku belajar menulis sejak dini tanpa harus menunda waktu, dan sejak itu motivasiku untuk bisa menulis kembali muncul. Hal ini tidak terlepas dari tugas pribadi yang harus aku buat atas perintah dosenku yaitu mengajukan proposal skripsi untuk dilanjutkan pada pembuatan skripsi, deadline tugas yang diberikan dosenku semakin dekat akan tetapi aku masih belum menghasilkan apa-apa, terlebih lagi aku mengikuti kegiatan ekstra kurikuler  di luar kampus yang mengharuskanku dan menuntutku agar aku dapat menghasilkan karya berupa tulisan yang baik.
Akhirnya dengan penuh kesadaran aku singsingkan baju dilenganku, aku bulatkan niatku dan tekadkan semangatku dan kuraih laptop temanku untuk belajar menulis. Aku nyalakan laptopnya sambil menunggu laptonya nyala hingga sempurna aku masih berfikir apa yang harus aku tulis sedangkan aku tidak bisa, ide-ideku hanya menari di atas kepalaku. Dengan terpaksa aku coba untuk menjabarkan apa yang ada dipikiranku akan tetapi belum sampai satu paragraf aku hapus karena tidak bagus kataku, aku coba ketik lagi akan tetapi yang kedua masih sama aku merasa tulisanku masih belum layak dan aku mencoba menulis ideku yang lain akan tetapi gagal lagi, hingga akhirnya aku tuangkan ideku yang terakhir aku ketik huruf demi huruf tanpa memperdulikan apa hasilnya. Dan alhamdulillah akhirnya aku bisa tersenyum karena aku mampu memaksa ideku keluar dan menjadikannya tulisan. Ini ceritaku ! bagaimana ceritamu ?.

Sosiologi Pendidikan



Pendahuluan
Manusia lahir di dunia tidaklah sendirian. Sudah menjadi kodrad manusia di dunia untuk selalu bersama dengan orang lain. Kemewahan, kekayaan, dan kekuasaan yang tiada banding tidaklah membuat sosok manusia bsa melepaskan keinginan bersama dengan manusia lain. Contohnya nenek moyang kita, Nabi Adam, masih membutuhkan dan meminta kepada Tuhan untuk diberikan dan diciptan teman untuknya, yaitu Hawa. Dari sinilah kita mengetahui bahwa fitrah atau kodrad manusia itu ada dua, manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Maka dalam makalah ini penulis disini berusah untuk dapat menjelaskan apa itu sosiologi ditinjau dari dari segi istilah.
Adapun dengan adanya masalah-masalah kompleks di dalam bermasyarakat, khususnya di dalam pendidikan di Indonesia yang mungkin kita mengetahui sendiri, banyak terjadi tawuran antar warga, sekolah dan lain sebagainya. fenomena itu semua timbul karena seorang pendidik tidak bisa membaca suatu kondisi yang terjadi disekitarnya. Oleh karenanya, maka para pakar pendidikan dan sosiologi memberikan suatu disiplin ilmu yang sangat memberikan solusi terhadap kualitas pendidikan itu sendiri. Sosiologi Pendidikan merupakan suatu analisis terhadap proses sosiologi yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Kemudian penulis juga akan berusaha memaparkan suatu faktor ekologi dalam masyarakat atau lingkungan kita dengan organisasi sekolah. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan di dalam makalah ini, baik dalam penulisannya maupun isi makalah ini. Dan tidak lupa juga penulis sangat beterimakash kepada bapak dosen pembimbing yang telah banyak membibing kami untuk dapat menulis tugas makalah ini


1.      Sejarah kemunculan kajian sosiologi pendidikan
Jika kita melihat secara umum bagaimana kemunculan pengetahuan atau ilmu bernama sosiologi dan pendidikan memang memiliki sejarahnya masing masing. Kemunculan sosiologi pendidikan pun memiliki sejarahnya masing-masing. Sosiologi pendidikan pertama kali dikuliahkan oleh Henry Suzzalo tahun 1910 di Teachar Colleg, Uneversitas Colombia. Akan tetapi, baru pada tahun 1917 terbit texbook sosiologi pendidikan  yang pertama kali karya Walter R. Smit dengan judul Intoduction to Educatiaonal Sosiologi . himpunan untuk sosiologi pendidikan dibentuk pada kongres himpunan sosiologi Amerika dalam tahun 1923. Sejak tahun itu diterbitkan buku tahunan sosiologi pendidikan.
Sebenarnya, sosiologi pendidikan itu yang paling berkepentingan dan wajib mengetahui adalah kaum pendidik, peneliti, mahasiswa, dan para pemangku kebijakan pendidikan nasional di tanah air. Lantas, apa dan bagaimana timbulnya sosiologi pendidikan? Mengapa guru dan calon guru harus memahami dan dibekali sosiologi terutama sosiologi pendidikan?
Jawabannya bisa sebagai berikut. Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat dan kerap menunjukkan gejala berkurangnya kesetiaan terhadap nilai-nilai umum. Perubahan sosial yang sangat cepat itu meliputi  bidang kehidupan dan merupakan masalah bagi semua institusi sosial, seperti agama, pemerintahan, pendidikan dan lain-lain. Masalah pendidikan di keluarga, di sekolah dan di masyarakat merupakan refleksi masalah-masalah sosioal masyarakat. Masyarakat pada hakikat merupakan sistem relasi-relasi. Tiap masyarakat mengalami perubahan dan kontinuasi, integrasi dan disentegrasi, serta kerja sama dan konflik.
Dasar ikatan masyarakat ialah adanya nilai-nilai umum yang diterima bersama oleh anggota-anggotanya. Adanya program-program yang berlawanan dari kelompok-kelompok dalam masyarakat menyebabkan hilang atau berkurangnya kesetiaan tehadapnilai umum itu. Menuru Ralph Linton, nilai-nilai dalam masyarakat dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu, pertama, nilai-nilai inti atau universal, kedua nilai-nilai alternatif. Universal itu kuat, setabil, dan diterima oleh sebagian besar masyarakat. Alternatif itu tidak stabil, kurang itegrated, dan hanya diterima oleh sebagian masyarakat.
2.      Pengertian Sosiologi Pendidikan
Beberapa ahli memberikan pengertian tentang sosiologi pendidikan yaitu sebagai berikut:
·         Menurut Prof. Dr. S. Nasution, sosiologi pendidikan ialah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kependidikan individu agar lebih baik.
·         Menurut F.G. Robins dan Brow, sosiologi pendidikan ialah ilmu yang mebicarakn  dan menjelaskan hubungan-hubungan yang memengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prisip untuk mengontrol.
·         Charles A. Elwood menjelaskan sosiologi pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari peroses belajar dan mempelajari antara orang yang satu dengan yang lain.
3.      Maksud dan Tujuan kajian sosiolgi pendidikan
Ada beberapa konsep tentang tujuan sosiologi pendidikan antara lain sebagai berikut.
·         Sosiologi pendidikan sebagai analisis proses sosial. Di antara para ahli sosiologi pendidikan, ada yang beranggapan bahwa seluruh proses sosiologi anak-anak merupakan pusat perhatian bidang studi ini.
·         Sosiologi pendidikan sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat. L.A. Cook mengutamakan fungsi lembaga pendidikan dalam masyrakat dan menganalisis hubungan sosial antara sekolah dan berbagai aspek masyarakat.
·         Sosiologi pendidikan sebagai analisis interaksi sosial  di sekolah serta antara sekolah dan masyarakat. Disini diusahakan menganalisis pola-pola interaksi sosial dan peranan sosial dalam masyarakat sekolah dan hubungan orang-orang di dalam sekolah dengan kelompok-kelompok di luar sekolah.
·         Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkembangan sosial.
·         Sebagai dasar untuk menentukan tujuan.

Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam dan Tokoh-tokohya



BAB I
PENDAHULUAN 
Pada awalnya filsafat disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of science) sebab filsafat seakan-akan mampu menjawab pertanyaan tentang segala sesuatu dan segala hal, baik yang berhubungan dengan alam semesta, maupun manusia dengan segala problematika dan kehidupannya. Namun seiring dengan perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melahirkan berbagai disiplin ilmu baru dengan masing-masing spesialisasinya, filsafat seakan-akan telah berubah fungsi dan perannya.
Dewasa ini, peran dan fungsi filsafat mengalami perkembangan dalam posisi approach (pendekatan). Filsafat, dengan cara kerjanya yang bersifat sistematis, universal, dan radikal, yang mengupas sesuatu secara mendalam ternyata sangat relevan dengan problematika hidup dan kehidupan manusia serta mampu menjadi perekat kembali antara berbagai macam disiplin ilmu yang terpisah kaitannya satu sama lain.
Dengan demikian, dengan menggunakan analisa filsafat, berbagai macam ilmu yang berkembang sekarang ini, akan menemukan kembali relevansinya dengan hidup dan kehidupan masyarakat dan lebih mampu lagi meningkatkan fungsinya bagi kesejahteraan hidup manusia.
Filsafat pendidikan telah mengalami perubahan dan kemajuan yang cukup besar. Dulu filosof sebagai penguasa tunggal berwenang dalam merumuskan suatu filsafat tentang pendidikan yang sistematis sebagaimana idealisme, realisme, dan pragmatisme untuk menyimpulkan prinsip-prinsip umum filosofis tentang tujuan pendidikan. Namun sekarang hal itu tidak dapat dilakukan secara sepihak, sebab telah terdapat keragaman keahlian yang dimiliki masyarakat, ini berarti harus ada koherensi antara filosof dan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan apa yang terjadi sekarang, maka kami mencoba untuk merumuskan kembali perkembangan filsafat pendidikan Islam serta tokoh yang ada di dalamnya.
  
 BAB II
PEMBAHASAN
Perkembangan Filsafat Pendidikan Islam dan Tokoh-tokohya

A.    Periode Awal Perkembangan Islam

Periode ini meliputi masa kehidupan nabi Muhammad SAW. Dan masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin. Periode awal perkembangan Islam ini dibedakan dari periode berikutnya dengan pertimbangan bahwa selama masa kekuasaan Nabi dan para penggantinya (khulafa’ al-Rasyidin), kekuasaan Islam masih berpusat di wilayah Arab. Dan mengingat masa antara kehidupan Nabi SAW dan masa penggantinya relatif hanya sekitar 29 tahun (Nabi wafat tahun 632 M dan Ali RA. Wafat tahun 661 M).
Seperti diketahui dari latar belakang sejarah, bahwa Islam bukan diturunkan diwilayah terasing, melainkan diwilayah yang terletak pada lalu-lintas dagang yang pelabuhan transito (penghubung) antara dua kekuatan adikuasa yang dominan ketika itu, yakni Persia di Timur dan Romawi di Barat. Namun demikian, kondisi masyarakat Arab yang memiliki mobilitas yang tinggi itu secara sosial politik masih tergolong sebagai masyarakat yang relatif primitif. Latar belakang kehidupan masyarakat nomaden masih merupakan ciri umum kehidupan masyarakat Arab sekitar kota Mekah dan Madinah. Dengan demikian kedatangan Islam membawa suatu revolusi besar dalam mengubah tatanan sosial politik dan sosial budaya. Masyarakat nomaden yang hidup berpuak-puak berubah menjadi masyarakat berpemerintahan, dan dari masyarakat penyembah berhala menjadi suatu ummah yang diikat suatu akidah yang sama. Masyarakat Arab dan latar belakang kehidupannya, setelah kedatangan Islam ternyata mampu menjadi masyarakat yang berperadaban.
Padahal sebelum kedatangan Islam masyarakat Arab adalah terdiri atas masyarakat pribumi yang buta aksara, meskipun kemampuan hafalan mereka rata-rata mengagumkan. Waktu kedatangan Islam, menurut Ibn Khaldun baru ada 17 orang Quraisy yang pandai tulis baca, ditambah empat orang wanita. Ubaidah Ibn Jarrah, Thalhah Ibn Zubair, Yazid Ibn Abi Sufyan, Abu Huzaifah Ibn ‘Utbah, Khatib Ibn Amr, Abu Samah Ibn Abd al-Asad al-Mahzumi, Aban Ibn Sa’id Ibn Ash dan saudaranya Khalid, Khawaitib Ibn Abd al-‘Azy al-‘Amiry, Abu Sufyan Ibn Harb, Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan, Juhaimah Ibn al-Shalah dan al-‘Alla’Ibn al-Hadhramy. Adapun yang perempuan adalah Hafsah Bint ‘Umar, ‘Aisyah hanya bisa baca tapi tak bisa menulis, demikian pula Ummu Salamah.
Pemikiran mengenai falsafat pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Quran dan hadits, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain, kata Hasan Langgulung, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Quran dan hadits, tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti tang digambarkan oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh Islam. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang kita lihat dalam al-Quran dan hadits mendapatkan nilai ilmiahnya.[1]
Di periode kehidupan Rasul S.A.W. ini tampaknya mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber dari al-Quran dan hadits secara murni. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran al-Quran yang diteladani oleh masyarakat dari sikap dan perilaku hidup Nabi SAW.
Memang wilayah kekuasaan Islam, sejak awal perkembangannya berada diantara dua kerajaan besar, yaitu Parsi dan Romawi Timur. Dan sejak zaman Rasul SAW. Pun upaya untuk mengadakan hubungan dengan kerajaan-kerajaan itu sudah dilakukan, terutama dalam kegiatan perdagangan. Namun demikian, dalam kaitannya dengan perkembangan Islam itu sendiri, kegiatan Rasul SAW.baru terbatas pada kegiatan dakwah”mengajak menyerukan”agar para pemimpin kerajaan tersebut menerima Islam. Usaha ini misalnya terlihat dari bukti surat-surat yang dikirimkan Rasul SAW. Kepada Kaisar Heraclius (Kaisar Romawi Timur), Muqauqis (Gubernur Romawi Timur di Mesir), Kisra (Raja Persia), al-Najasyi (Raja Ethiopia), al-Mundzir Ibn Sawi (Raja Bahrain), Hudzah Ibn Ali (Raja Yamamah), dan kepada al-Harits Ibn Abi Syammar (Gubernur Romawi di Syam), tetapi hal itu baru terbatas pada misi dakwah ).
Di zaman pemerintahan khulafa’ al-Rasyidin pun, terutama semasa pemerintahan Umar Ibn Khattab, wilayah kekuasaan Islam sudah luas ke luar tanah Arab. Untuk itu diperlukan perangkat tertentu dalam pemerintahan seperti administrasi pemerintahan, sistem keuangan maupun pasukan khusus maupun yang menyangkut hubungan antar wilayah dengan pusat pemerintahan. Tetapi sejauh yang dapat diketahui, perubahan-perubahan yang terjadi belum terlalu banyak, karena perluasan wilayah masih terbatas pada kegiatan dakwah dan bukan dengan tujuan menjajah.

B.     Periode Klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa al-Rasyidin hingga awal masa imperialis barat. Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga ke awal abad XIX.  Beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pembagian.
Faktor pertama, sistem pemerintahan. Seperti diketahui, sistem pemerintahan periode Rasul dan para Khalifah yang empat berbeda dengan sistem pemerintahan di periode-periode sesudahnya. Yang jelas, memasuki era kekuasaan Bani Umayyah, sistem pemerintahan Islam lebih bersifat monarki absolut (kerajaan). Pengangkatan Khalifah sudah tidak didasarkan pada prinsip pemilihan dan petunjukkan atas dasar baiat, melainkan didasarkan keturunan. Sistem khalifah berganti menjadi sistem kerajaan. Adanya perubahan sistem dalam pemerintahan ini mempengaruhi pula berbagai perubahan yang menyangkut kepentingan kepemerintahan seperti kelembagaan, peristilahan dan lainnya. Untuk itu diperlukan perangkat khusus yang diperkirakan dapat menunjang penyaelengaraan sistem tersebut.
Faktor kedua, yaitu luas wilayah. Sejak periode pemerintahan Umar Ibn Khattab (634-644 M), wilayah kekuasaan Islam sudah meluas ke luar jazirah Arab hingga ke Mesir dan Irak. Tapi baru di zaman kekuasaan Bani Umayyah Timur (660-749 M.), pusat pemerintahan dipindahkan ke Damaskus. Dan dalam kelanjutan dinasti ini, kemudian ketika menguasai Andalusia (755-1031 M.) pusat pemerintahan berada di Granada. Selanjutnya, di Timur kekuasaan Bani Umayyah diambil alih oleh Bani Abbas (749-1258 M.) dengan ibukotanya Baghdad.
Adapun faktor ketiga, yaitu kemajuan yang dicapai dalam berbagai bidang seperti politik, pemerintahan, ilmu pengetahuan, sastra, arsitektur dan ekonomi memungkinkan negera-negera Islam untuk mengembangkan diri. Berbagai kelembagaan didirikan sejarah dengan kebutuhan dan tuntutan kemajuan yang dicapai. Dan kelembagaan itu sendiri pada dasarnya lahir dari hasil pemikiran para ahli bidangnya, terutama yang berkaitan dengan pendidikan.
Kemudian faktor keempat, yaitu hubungan antar bangsa. Di zaman klasik ini, terutama melalui kekuasaan Bani Abbas di Baghdad, kerajaan Islam sudah menjadi negara adikuasai. Secara politis memang kerajaan-kerajaan Islam merupakan kerajaan besar. Selain itu wilayah kerajaan ini menjadi pusat peradaban dunia ketika itu. Di wilayah Timur Baghdad dikenal sebagai kota Metropolitan, pusat peradaban dunia di Timur. Dan status yang sama, untuk wilayah Barat (Eropa) diwakili oleh Granada di Andalusia.
Dari dasar pertimbangan tersebut, maka diketahui bahwa di awal periode klasik terlihat munculnya sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampak disesuaikan dengan kepentingan dan tempat serta waktu. Beberapa karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang karya-karyanya secara langsung memuat pembahasan mengenai pendidikan yaitu:
1.      Ibn Qutaibah (213-276 H.)
Nama lengkap Ibn Qutaibah adalah Abu Muhammad Abdullah Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri. Ia dilahirkan di Kufah tahun 213 H. Dan meninggal dalam usia 63 tahun (276 H.). Walaupun sebagai seorang keturunan Parsi, sebagian besar usianya dihabiskan di Baghdad. Di kota ini ia belajar berbagai disiplin ilmu dari sejumlah ulama terkemuka di zamannya seperti Abu al-Fadl al-Rayyani, Ishaq Ibn Rahawiyah al-Mahruzi al-Nasaiburi dan Abu Hatim. Menurut Imam Sayuti, Ibn Qutaibah dikenal sebagai seorang ilmuan dalam bahasa Arab dan sejarah. Selain itu ia dikenal sebagai ilmuwan yang produktif. karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an, Gharib al-Qur’an, Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, al-Syi’r wa al-Syu’ara; al-Ma’arif, al-Radd ‘ala al Jahimmiyah wa al-Musyibbihah, Imamah wa al-Siyasah, dan ‘Uyun al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah pendidikan bagi kaum wanita, ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang mengembangkannya
2.      Abu Sa’id Sahnun dan Muhammad Ibn Sahnun
Abu Sa’id Sahnun Ibn Habib al-Tanubi lahir di kairawan sekitar tahun 160 H. Kemudian menuntut ilmu di Mesir, Hijaz dan Syam. Karya ilmuwan ini dibidang pendidikan kurang dikenal. Tetapi ilmuwan yang kemudian lebih dikenal adalah Muhammad Ibn Sahnun al- Tanubi yang juga berasal dari Kairawan. Muhammad Ibn Sahnun lahir tahun 202 H. Ia merupakan pemikir yang mempelopori pembaharuan pendidikan di zaman keemasan Islam.
Muhammad Ibn Sahnun adalah pencetus pemikiran pendidikan yang lepas dari keterkaitannya dengan sastra dan mashab-mashab pemikiran falsafat. Disini terlihat Ibn Sahnun mulai menampak kepemikiran pendidikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mandiri. Buku karanganya mengenai pendidikan berjudul Adab al-Mu’allimin merupakan pembahasan tentang pendidikan pertama kali yang dipisah dari hubungan integralnya dengan ilmu-ilmu keislaman, seperti halnya hasil karya ilmuwan muslim pendahulunya. Dengan demikian muhammad Ibn Sahnun dapat digolongkan menjadi pencetus pemikiran kependidikan islam di zaman klasik.
3.      Ibn Masarrah (269-319)
            Muhammad Ibn Abdillah Ibn Masarrah al-Jabali adalah seorang Muslim Andalusia (spanyol). Ia dilahirkan di Cordova pada tahun 269 H. (883 M), dan meninggal ditempat perkampungan (komunitas Sufi atau Zawiyah) dekat Cordova tahun 319/931 M. Ibn Masarrah dingenal sebagai seorang sufi dan filosof Muslim pertama dibelahan wilayah Islam barat. Namun demikian Ibn masarrah juga menulis pemikirannya mengenai pendidikan dalam bukunya berjudul kitab al-Tabsirat (Buku pengajaran), dan kitab al-Huruf (Lambang-lambang huruf).
            Dalam pemikiran falsafatnya, Ibn masarrah juga menguraikan tentang sifat-sifat  jiwa manusia. Ia berpendapat bahwa secara individual, jiwa manusia merupakan pancaran dari jiwa universal (al-Nafs). Keberadaan jiwa dalam tubuh manusia dikiaskannya sebagai terkungkung  itu, manusia harus membersihkan dirinya secara sepiritual, denga cara mendekatkan diri kepada Tuhan.
4.      Ibn Maskawaih (330-421 H.)
            Abu ali Ibn maskawaih dilahirkan di Ray tahun 330 H/940 M. Karya tulis Ibn maskawaih seluruhnya berjumlah 18 judul, dan kebanyakan berhubungan dengan masak kejiwaan dan akhlak. Slah satu dari karya Ibn Maskawaih yang memuat pemikiran pendidikannya adalah termuat dalam bukunya Tahzib al-Akhlaq (pendidikan Akhlak). Ia juga berpendapat bahwa penulisan sejarah harus didasarkan atas kajian yang bersifat ilmiah dan filosofis.
            Menurut pandanganya, manusia adalah makhluk yang memiliki keistemewaan dari kenyataannya manusia memiliki daya pikir. Berdasarkan daya pikir itu pula manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang baik dan yang buruk. Dan manusia yang paling sempurna kemanusiannya adalah mereka yang paling benar berfikirnya serta yang paling mulia usaha dan perbuatannya. Selain itu ia berpendapat bahwa untuk menunjukkan kebaikan manusia harus membina kerjasama. Usaha untuk melakukan kebaikan merupakan indikator dari tingkat kesempurnaan dan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri.
5.      Ibn Sina (370-428 H.)
            Abu Ali al-Husein Ibn Abdullah Ibn Sina lahir di Bukhara tahun 370 H/980 M). Ia dianggap sebagai orang yang cerdas, karen adiusia yang sangat muda (17 tahun) Ibn Sina telah dikenal sebagao filosof dan dokter termuka di Bukhara, selain itu Ibn Sina juga dikenal sebagai tokoh yang luar biasa. Kecuali sebagai seorang ilmuwan ia juga dapat melakukan berbagai pekerjaan dengan baik seperti dalam bidang kedokteran, pendidikan, penasehat politik, pengarang dan bahkan menjadi waris ( menteri)
            Sebagi ilmuwan Ibn sina telah berhasil mennyumbangkan buah pemikirannya dalam buku karangannya yang berjumlah 276 buah. Diantara karya besarnya adalah al-Syifa’ berupa ensiklopodi tentang fisika, matematika, logika dan matematika. Kemudian al-Qanun al-Tibb adalah sebuah ensiklopodi kedokteran.
6.      Al-Ghazali (450/1058-505/1111 M.)
            Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali dilahirkan di Thusia di daerah Khurasan (persia), tahun 450H/1058 M. Sejak kecil, al-Gazali dikenal sebagai anak yang sngat senang dengan ilmu pengatahua. Jadi tak mengherankan sejak masa kanak-kanak ia telah belajar kepada sejumlah guru di kota kelahiranya, antara lain Ahmad Ibn muhammad al-Radzikani. Selain itu juga tak segan-segan ia belajar kepada guru yang jauh dari kota kelahirannya. Diantara guru yang terkenal yang pernah jadi gurunya ialah Imam al Juwaini (Imam al-Haramain), sewaktu al_Gazali menuntut ilmu di Nausabur.
            Melihat kemampuan dan kecerdasan al-Gazali, al-Juwaini memberinya gelar “bahrun mughriq” (laut yang menenggelamkan).Al-Gazali baru meninggalkan Naisabur setelah Imam al-Juwaini meninggal dunia tahun 1085 M.(478 H.) Dari Naisabur al-Ghazali menuju baghdad dan menjadi guru besar di universitas yang didirikan Nidham al-Mulk seorang Perdana Menteri Sultan Bani Saljuk. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai guru besar, ternyata al-Gazali yang kreatif ini sempat mengarang sejumlah buku ilmu pengetahuan, antara lain Al-Basith,Al-Wajiz.Khulashah Ilmi Fiqh, Al-Munqil fi Ilm Al-Jadal, Ma’khaz Al-Kalaf, Lubab Al-Nadzar, Tahsin Al-Ma’akhidz dan Mamadi’ wa Al-Ghayat fi Fan Al-Khalaf.
            Menurut pandangan al-Ghazali, ilmu dapat dilihat dari kedua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai obyek. Dari segi pertama, al-Ghazali membagi ilmu menjadi ilmu hissiyah, ilmu aqliyah dan ilmu ladunni. Ilmu hissiyah diperoleh manusia melalui penginderaan (alat dria),sedangkan ilmu aqliyah diperoleh melalui kegiatan berpikir (akal). Sedangkan ilmu ladunni diperoleh langsung dari Allah, tanpa melalui proses penginderaan atau pemikiran (nalar), melainkan melalui hati dalam bentuk ilham.

C.    Periode Modern
            Merujuk kepada pembagian priodisasi sejarah Islam yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. Menjelang periode modern ini, setelah Bani Abbas dan Bani Ummayah secara politik dapat dilumpuhkan, kekuasaan islam masih dapat dipertahankan. Tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Turki Utsmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), Kerajaan Safawi (Persia) dan kerajaan Mughol (India) masih memegang hegemoni kekuasaan Islam. Namun menjelang abad ke-17 dan awal abad ke-18 kerajaan-kerajaan Islam tersebut, satu persatu dapat dikuasai bangsa-bangsa Eropa (Barat).[2]
            Beberapa pemikir pendidikan yang tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode modern, seperti:
1.      Rifa’at Badawi Rafi’ al-Thahthawi (1801-1873)
            Al-Thahthawi seorang pemikir pendidikan Mesir, yang dilahirkan dikota Thahtha (Mesir bagian selatan) tahun 1801. Ayahnya masih mempunyai hubungungan keturunan Husein cucu Muhammad SAW. Sebagai anak yang cemerlang, al-Thahthawi kemudian berhasil menamatkan pelajarannya di al-Azhar. Dan setelah tamat berturut-turut iamengembangkan karir kependidikannya sebagai tenaga pengajar di al-Azhar, dan tahun 1824 menjadi iman tentara. Kedudukannya sebagai iman tentara ini pula kemudian yang membawa ia untuk belajar diperancis atas biaya Muhammad Ali[3].
            Selama belajar di perancis al-Thahthawi berusaha melengkapi wawasan ilmiahnya dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan seoerti sejarah, teknik, ilmu bumi, politik dan lain-lain. Selain itu ia juga sempat menerjemahkan sebanyak 12 buku dan risalah, antara lain risalah tentang sejarah Alexander Macedonia, buku-buku mengenai pertambangan, mengenai akhlak dan adat istiadat berbagai bangsa, mengenai ilmu bumi, risalah mengenai teknik, mengenai hak-hak manusia, tentang kesehatan dan sebagainya.
            Adapun ide-ide dan pemikiran kependidikannya ia tulis dalam buku al-Mursyid al-Amin Lil Banati wa al-Banin (pedoman bagi pendidikan putra dan putri). Di dalam buku ini dapat dilihat tentang pemikiran Thahthawi. Ia menulis ide-idenya mengenai pendidikan meliputi:
Pertama, pembagian jenjang pendidikan atas tingkat permulaan, menengan dan pendidikan tinggi sebagai pendidikan akhir. Kedua, pendidikan diperlukan, karena pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan. Ketiga, pendidikan mesti dalaksanakan dan diperuntukkan bagi segala golongan. Makanya tidak ada perbedaan antara pendidikan untuk  anak laki-laki dan anak perempuan. Pemikiran mengenai persamaan antara laki-laki dan pendidikan anak perempuan ini dinilai sebagai mencontoh ide pemikiran Yunani.[4]
  1. Muhammad Abduh (1849-1905)
            Muhammad Abduh dilahirkan tahun 1849 (1266 H.) di salah satu desa di Delta Mesir bagian hilir. Ayahnya adalah seorang petani keturunan Turki yang telah lama menetap di Mesir, dan ibunya keturunan Arab yang memiliki hubungan darah dengan suku Arab asal keturunan khalifah Umar Ibn Khattab. tokoh ini yang memulai membongkar kejumudan umat Islam dengan konsep rasionalitasnya, pemikirannya tentang pendidikan yang disebarkan melalui majalah al-Manar dan al-‘Urwat al-Wusqa menjadi rujukan bagi tokoh pembaharu di dunia Islam. Muhammad Rasyid Ridha meneruskan gagasannya melalui majalah al-Manar dan Tafsir al-Manar, Kasim Amin dengan bukunya Tahrir al-Mar’ah, Farid Wajdi dengan bukunya Dairat al-Ma’arif, Syeikh Thanthawi Jauhari melalui karangannya al-Taj al-Marshuh bi al-Jawahir al-Qur’an wa al-Ulum. Dan masih banyak lagi tokoh pembaharuan dalam Islam yang mendasarkan pola pikirnya merujuk konsep pemikiran Muhammad Abduh.[5]

3.      Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986)
            Al-Faruqi dilahirkan di Yaifa (Palestina) pada 1 Januari 1921. Latar belakang pendidikan al-Faruqi adalah pendidikan Barat. Pendidikan awalnya di College des Feres yang ia selesaikan tahun 1936. Kemudian sarjana mudanya di Amerika University ditamatkannya tahun 1941. Adapun gelar Masterbya dari Indiana University serta Harvard University dalam bidang filsafat. Kemudian gelar dokter diperolehnya dari Indiana University. Selanjutnya selama empat tahun ia menekuni studi keislaman di Univesitas al_Azhar (kairo).
Karir kepegawaian al-Faruqi diawali dari pegawai pemerintah Palestina di bawah mandat Inggris. Kemudian menjadi Gubernur terakhir Propinsi Galilee (yang tahun 1947 direbut Israel). Hal ini pula yang kemudian mendorong  al-Faruqi hijrah ke Amerika untuk melanjutkan studinya.
Adapun karir akademik al-Faruqi diawali sebagai dosen di McGill University (Kanada) tahun 1959. Selama menjadi dosen, ia menyempatkan diri untuk mendalami Judaisme dan Kristen.Tahun 1961, ia pindah ke Karachi, bergabung dengan Central Institute for Islamic Research, dan tahun 1963 ia kembali ke Amerika mengajar di Fakultas Agama pada University of Chicago.
Setelah mendirikan program pengkajian Islam di University Syracuse(New York) dan pindah ke Temple University(Philadelphia) ia tetap  memantapkan karirnya sebagai tenaga ahli dalam pengkajian islam. Di Syracuse Univeysity  tempat ia menekuni Pusat Kajian Islam yang ia dirikan ini pula Isma’il Raj’i al-Faruqi mengakhiri karirnya. Tahun 1986 ia meninggal dunia sebagai korban pembunuhan.[6]
Sebagai ilmuwan, al-Faruqi dikenal cukup produktif . Ia telah menulis sekitar 20 buku dan 100 artikel. Melalui tulisan itu pula pemikiran al-Faruqi tersebar luas ke negara-nagara Islam di seluruh dunia. Di antara buku-bukunya yang pentimg adalah Christian Ethics, An Historical Atlas of  Religions of  The World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of  Islam. pandangannya bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah, dan dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh sebab itu pendidikan harus dikembangkan ke arah yang lebih modern dan berorientasi ketauhidan.[7]
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin dan Said, Usman, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangannya, (Jakarta : Rajawali Press, 1999)
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2004) cet III.
Langgulung, Hasan, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, ( Bandung, Ma’arif, 1995)
Nasution, Harun, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, ( Jakarta : Bulan Bintang, 2003) cet XIV.






[1] Hasan langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, Bandung, Ma’arif, 1995, hal 120.
[2] Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal 6.
[3] Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal 35.
[4] Prof. Dr. Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan Bintang, 2003, hal 39.