WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Sabtu, 13 Agustus 2011

Kepemimpinan Dalam Manajement Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah dimuka bumi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.

B. Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalahnya sebagai berikut :
1. Pengertian kepemimpinan
2. Tipe-tipe kepemimpinan
3. Kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.

C. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penulisan ini diarahkan untuk :
1. Untuk mengetahui pengetian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui tipe-tipe kepemimpinan
3. Untuk mengetahhui kepemimpinan dalam manajemen pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa definisi tentang pemimpin yang dikemukakan oleh para ahli. Antara lain , sebagaimana berikut :
1. Harsey dan Blanchard mengemukakan pandangan bahwa kepemimpinan adalah aktifitas memmengaruhi orang lain untuk secara suka rela berjuang mencapai kelompok. Sejalan pernyataan ini, ada dua materi yang utama yang saling berhubungan satu sama lainnya, yakni: (1) adanya usaha (dari si pemimpin) memengaruhi orang lain, dan (2) tujuan-tujuan yang diharapkan oleh kelompok.
2. Harold Koartzz dan Cyril O’Danneli mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah upaya memengaruhi orang untuk ikut serta dalam pencapaian suatu tujuan bersama. Kedua pendapat tersebut jelas menunjukkan adanya satu arah komunikasi dari si pemimpin kepada pengikutnya.
3. Pandangan Robert Tonneboun lebih mengarah kepada adanya proses komunikasi dua arah dalam memberikan definisi kepemimpinan.ia berpendapat “ kepemimpinan merupakan suatu interpersonal influence yang dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu.dalam proses kepemimpinan terdapat upaya salaing memengaruhi antar individu, proses yang berkaitan dengan situasi tertentu, adanya proses komunikasi tertentu, dan tujuan yang hendak dicapai.
4. Menurut Harsey, kepemimpinan merupakan suatu proses upaya memengaruhi aktifitas-aktifitas seseorang dalam usaha pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam prosesnya, ada interdependensi antara tiga unsure utama, yakni pemimpin, pengikut dan situasi kepemimpinan merupakan fungsi dari ketiga unsure tersebut.
5. Wahjosumidjo mengetakan bahwa kepemimpinan adalah aktifitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan. Kepemimpinan adalah langkah pertama yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem yang saling berkaitan
Sedangkan pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan . Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Rasulullah Saw. Pernah bersabda, “Jika kalian sedang bertiga, jadikanlah salah seorang sebagai pemimpin.” Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa kedudukan pemimpin sangat urgen,karena berfungsi mengarahkan segala aktifitas kepada tujuan tertentu. Jika suatu kelompok tidak memiliki pemimpin, semua kehidupannya tidak akan terarah dan hidup menurut kemauan masing-masing. Fungsi pemimpin dalam seluruh kehidupan komunitas manusia sangat penting. Ibnu Taimiyah pernah berkata, “Lebih baik suatu Negara memiliki pemimpin yang zalim daripada tidak memiliki pemimpin sama sekali”. Jika begitu eksistensi pemimpin, siapa yang berhak menjadi pemimpin. Herabudin berpendapat bahwa kedudukan pemimpin ditentuka oleh dua kreteria , yaitu sebagai berikut :
1. Jumlah pengaruh seseorang atas anggota-anggota kelompoknya
2. Sikap para anggota kelompok terhadap sesamanya.
Sebab-sebab seseorang tampil menjadi pemimpin dikarenakan : (1) pertumbuhan dan kekomplekan kelompok itu, (2) kelompok menghadapi krisis, (3) kelompok berada dalam keadaan tidak stabil, (4) pemimpin lama gagal menjalankan fungsinya, dan (5) tumbuhnya kebutuhan pribadi pada anggota kelompok.
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu perbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, menurut G. R. Terry yang dikutip Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi. Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi. Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahannya atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. Tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis. Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis. Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat. Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, Goldberg dan Pearson menambah satu macam tipe kepemimpinan selain dari tiga tipe kepemimpinan yang dikutip oleh Maman Ukas dan selengkapnya bisa ditengok dalampenjelasan di bawah ini :
1. Tipe kepemimpinan otoriter
Bagi kepemimpinan otoriter, partisipasianggota tidak dikehendaki karena tugas-tugas dan prosedur-prosedur didektekan oleh pemimpin.pemimpin akan mengekspoitasi rasa ketergantungan pengikut-pengikutnya dan berusaha untuk membina kendali penuh. Dalam proses membuat keputusan,pemimpin secaraindividual mengarahkan dan mendominasi anggota kelompok dan ia langsung mengambil keputusan. Pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksinya harus ditaati.
Pandangan pemimpin yang otoriter cenderung mencerminkan gambaran tentang manusia yang negative, pesimis, dan mengecilkan hati, karena ia selalu mendikte anggota kelompok secara subyektif serta menganut sikap mengambil jarak dan formal. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin otoriter pada dasarnya dilakukan melalui pemimpin, sedangkan para anggota kelompok tidak dianjurkan untuk berinteraksi secara langsung satu sama lain.
2. Tipe kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis merupakan suatu pola yang memandang mannusia mampu mengarahkan dirinya sendiri dan berusaha untuk memberikan kesempatan kepada anggota untuk tumbuh dan berkembang serta bertindak sendiri melalui partisipasinya dalam mengendalikan diri mereka dalam membuat keputusan. Pemimpin membimbing dan member kesempatan kepada kelompok untuk ikut serta mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan.
Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
Pandangan seorang pemimpin yang demokratis terhadap orang lain lebih optimis dan positif dan tidak otoriter. Ia mendukung interaksi di antara para anggota kelompok dengan cara memotivasi mereka untuk menetukan sendiri kebijaksanaan dan kegiatan kelompok.
3. Tipe kepemimpinan Laissez faire
Kepemimpinan laissez faire, juga disebut sebagai kepemimpinan liberal, merupakan suatu pola pengabaian (abrogaition) sehingga pemimpin berusaha menghindari tanggung jawab terhadap pengikutnya pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Seorang pemimpin yang liberal menyebabkan pengikutnya menjadi manusia yang penuh kreatif, dan dapat menentukan pilihannya masing-masing dalam mencapai tujuannya. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini tidak ada sama sekali karena iamenganut sikap yang tak acuh terhadap pengikutnya dan menghindari tanggung jawab mereka.
4. Tipe kepemimpinan nondirektif
Pemimpin yang nondirektif menolak untuk member pengarahan pada kelompok, tetapi sebaliknya mencoba untuk mengerti tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh anggota kelompok agar ia dapat mewujudkan pengertian tersebut. Dengan demikian, kelompok diberi tanggung jawab untuk menentukan dan mencapai sasaran mereka sendiri. Dalam proses menentukan suatu keputusan, ialebih cenderung menerapkan system kebersamaan dalam keserasian antarapemimpin dan pengikutnya.
Seorang pemimpin nondirektif menjadikan anggota pengikutnya, sebagai manusia yang memiliki keterampilan sama, menganggap bahwa setiap individu itu penting dan masing-masing memiliki kelebihan. Interaksi pemimpin dengan anggota kelompok dan antara anggota kelompok berlangsung dalam suasana kebersamaan yang penuh saling pengertian dan persaudaraan.
Berbeda dengan empat tipe kepemimpinan yang dijelaskan sebelumnya adalah gaya trilogy kepemimpinan yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kemudian sejak tahun 1979 digalakkan menjadi kepemimpinan Pancasila, yang dikenal dengan “trilogy kepemimpinan”,yaitu cara memimpin dengan memadukan tiga tata kelakuan kepemimpinan : (1) ing ngarso sung tulodo (2) ing madyo mangun karso (3) tut wuri handayani.
Efektifitas tiga trilogy kepemimpinan tersebut terjadi apabila pemimpin memiliki kredibilitas yang diindikasikan dengan kepemilikan antara lain : kewibawaan, kejujuran, terpercaya, bijaksana, mengayomi, berani mawas diri, mampu melihat jauh kedepan, berani dan mampu mengatasi kesulitan, bersikap wajar, lugas dan bertanggung jawab atas putusan yang diambil, sederhana, penuh pengabdian kepada tugas, berjiwa besar dan ingin tahu.
Menurut Herabudin, mengutip pendapat Bales, ada dua jenis tipe kepemimpinan yaitu (1) Taks-oriented, dan (2) Ekspresive. Gaya taks-oriented leadership, bahwa pemimpin memusatkan perhatian terhadap anggota kelompok dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang harus mereka lakukan. Adapun gaya ekspresive leadership, bahwa pemimpin menekankan hubungan personal di antara kelompok.
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otoriter, demokratis, dan laissezfaire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macam organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang profesional.
Apabila disimpulkan berkaitan dengan tipe-tipe kepemimpina di atas, dalam pendidikan, tipe-tipe pemimpin yang baik adalah :
1. Pemimpin yang demokratis yang diperankan oleh semua pemimpin di sekolah dan pendidikan tinggi. Kepala sekolah harus berjiwa demokratis sehingga kreatifitas dan aspirasi para guru dan karyawan sekolah tidak tertekan.
2. Pemimpin yang kharismatik, bahwa kepala sekolah, guru dan semua pemimpin akademik harus memiliki kewibawaan dalam menjalankan tugasnya.
3. Pemimpin yang member teladan bagi semua bawahannya.
4. Pemimpin yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
5. Pemimpin yang sabar dan tegas.
6. Pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab terhadap semua tugas dan kedudukannya.
7. Pemimpin yang sederhana, tidak mengada-ngada dan pandai memanfaatkan segala yang ada dengan sebaik-baiknya.

C. Kepemimpinan Dalam Manajemen Pendidikan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1. Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2. Harapan dan perilaku atasan.
3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
5. Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
6. Harapan dan perilaku rekan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana
2. Sebagai perencana
3. Sebagai seorang ahli
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman
7. Bertindak sebagai wasit dan penengah
8. Merupakan bagian dari kelompok
9. Merupakan lambang dari pada kelompok
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita
12. Bertindak sebagai seorang ayah
13. Sebagai kambing hitam.
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang diembannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanakanya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi kepemimpinan adalah aktifitas memengaruhi orang lain secara suka rela berjuang untuk mencapai tujuan tertentu dalam satu kelompok. Sedangkan pemimpin adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi empat tipe antara lain : Otoriter, Demokratis, dan Laisez faire serta nondirektif. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.


B. Saran-saran
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin, khususnya pemimpin dalam bidang pendidikan dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau manajemen pendidikan hendaknya para pemimpin memahami keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi atau instansi.

DAFTAR PUSTAKA
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2006). Cet VIII.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009)
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara,1994).
Purwanto, Ngalim, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981).
Ukas, Maman, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999)
Fattah, Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2006). Cet VIII.
Sagala, Syaiful, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung : Alfabeta, 2005).
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995).

Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa Promo, 1999) h. 253.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009) h 218
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya, 2006) h. 88.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009) h 220.
Maman Ukas, Op. cit., h. 261-262.

Ibid, h. 262-263.
Herabudin, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2009) h 223
Nanag Fattah, Op. cit., h. 102.
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-Sumber Benih Kecerdasan, 1981) h 25
Ibid, h. 38-39.

Muhamad Dan Wahyu

Oleh: Fathur Rozi
Mahasiswa PTIQ Jakarta, Fakultas Ushuluddin II
Dalam lima kali sehari ratusan atau bahkan jutaan muslim di dunia ini menghadap ka’bah untuk melakukan sembahyang. Mereka adalah bagian dari komunitas Islam yang membentangi bumi ini yang berjumlah kurang lebih 900 juta pemeluk lebih, yang senantiasa menyebarkan risalahnya di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Utara.
Selain lebih dari empat puluh empat negara terbentang dari Senegal sampai Indonesia, risalah Islam dan penduduk muslim dapat pula ditemukan di [eks] Unisoviet, Cina, India, Inggris, Amerika dan mereka sudah pasti mengetahui siapa itu Muhammad dan apa yang disebut wahyu itu.
Muhammad bin Abdullah dilahirkan di Makkah kira-kira tahun 570 beliau berasal dari golongan keluarga yang terhormat, keturunan suku atau kaum Quraisy. Ayah beliau telah meninggal dunia sebelum beliau lahir dan ibunya meninggal ketika beliau masih anak-anak.
Kemudian beliau dibesarkan oleh pamannya yang bernama Abu Thalib, seorang yang walaupun tidak mau menerima Islam tetapi dia mempertahankan keponakannya mati-matian dari permusuhan ataupun penolakan keras yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yang membenci agama Islam yang baru itu.
Tidak banyak diketahui tentang kehidupan Muhammad sebelum beliau menerima wahyu [Al-Qur’an] ketika beliau berusia kira-kira empat puluh tahun, beliau adalah seorang yang amat jujur dan berahlak mulia sehingga membuat janda kaya yang bernama Khadijah yang umurnya lima belas tahun lebih tua dari beliau mempekerjakan atau mempercayakan pada beliau untuk mengurusi perdagangannya.
Khadijah begitu terkesan oleh kejujuran dan perangai beliau sehingga ia meminta beliau untuk menjadi suaminya, yang pada saat usia beliau dua puluh lima tahun lebih muda beliau menerima permintaan itu dan tidak kawin lagi sampai Khadijah meninggal dunia pada saat beliau berusia lima puluh tahun.
Beliau juga secara teratur menyepi ke Gua Hira dimana beliau menghabiskan banyak waktu untuk berkontemplasi sehingga pada saat proses batiniah atau pengalaman religio-moral ini mencapai puncaknya dengan turunnya wahyu kepada beliau pada saat beliau tenggelam dalam relung renungannya yang dalam, dan wahyu itu kita sebut dengan al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad saw, menururt hadis wahyu yang pertama kali diturunkan kepaa Nabi adalah wahyu berikut:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu, yang telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajarkan manusia dengan perantara pena (kalam): Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah sesungguhnya manusia itu bener-benar melampaui batas (pendurhaka), karena dia melihat dirinya serba cukup. Tapi kepada Tuhanmu semuanya akan kembali”
Cerita-cerita paling awal tentang Muhammad merujuk pada kenyataan bahwa pengalaman ini terjadi dalam atau disertai oleh suatu keadaan ‘setengah sadar’ atau ‘kwasi’-mimpi, karena Nabi diriwayatkan setelah menceritakan pengalamnnya itu telah mengatakan: “Kemudian aku terjaga” sementara tradisi Islam menjelaskan bahwa pengalaman-pengalaman wahyu Nabi ini biasanya disertai oleh gejala-gejala fisik tertentu.
Berdaasarkan ini beberapa sejarawan modern mengemukakan bahwa Nabi Muhammad menderita penyakit ayan. Tapi, bila kita periksa lebih seksama teori penyakit ayan ini menghadapi sanggahan. Pertama-tama, kondisi ini timbul baru setelah karir kenabian Muhammad mulai, yaitu setelah beliau berusia empat puluh tahun sedangkan kondisi tersebut tidak ada jejaknya di dalam kehidupan beliau sebelumnya.
Hadis atau tradisi Islam diatas tersebut menjelaskan bahwa kondisi ini hanya terjdi bersama-sama dengan pengalaman penerimaan wahyu dan tidak pernah terjadi secara terpisah. Sungguh kalau ini disebut dengan penyakit ayan, tentulah itu jenis penyakit ayan yang aneh yang selalu menyerag pada saat turunnya prinsip-prinsip hidayah bagi suatu gerakan yang sedemikian kreatif dan kuatnya seperti gerakan Nabi tu, serta tidak pernah kambuh diwaktu lain.
Hampir tidak bisa dipercaya bahwa sesuatu penyakit yang telah kelihatan seperti ayan tidak diketahui dengan jelas dan pasti oleh suatu masyarakat Makkah atau Madinah pada waktu itu. Cerita ini juga menggambarakan Nabi selama turunnya wahyu, bagaikan dalam keadaan psiko-fisik yang tidak normal, padahal penyakit ayan bagaimanapun juga bisa terjadi dalam keadan normal.
Kini pandangan teradap Nabi dan wahyu kenabiaan yang menyatakan bahwa tingkat kesadaran Nabi adalah normal merupakan pandangan yang didukung oleh semua orang, bahkan dikemudian harinya dirumuskan secara eksplisit oleh ortodoksi Islam. Perumusan ini diduga untuk menjamin eksternalitas dari malaikat atau suara wahyu demi mengamankan obyektifitas wahyu.
Mungkin hal ini bagi kita secara intelektual nampak tidak dewasa, tetapi pada masa tatkala ajaran-ajaran dogma sedang dalam proses pembentukan, tentunya terdapat alasa-alasan yang cukup untuk memaksa mengambil langkah yang demikian itu dengan tujuan untuk menghadpi kaum rasonalitas.
Jakarta 07 juli 2011

Pembelajaran Anak Berbakat

BAB I

A. Pendahuluan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan, antara lain bahwa “warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. (pasal 5, ayat 4). Di samping itu, dikatakan juga bahwa “ setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya” (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang sangat menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya.
Namun yang perlu kita ketahui, bagaimana kita bisa mengetahui dan membedakan antara anak berbakat dan anak yang biasa saja, untuk itu perlu adanya kesadaran bersama bahwa anak yang berbakat perlu diberi perhatian khusus agar mereka dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki dengan maksimal. Untuk lebih jelasnya kami memaparkan dalam pembahasan di bawah ini mengenai apa yang perlu diketahui dengan anak berbakat, dan pelayanan yang sesuai terhadap mereka.

BAB II

A. Detekti dini terhadap anak berbakat
Keberhasilan seorang anak untuk mencapai prestasi yang menonjol ditentukan oleh kemampuan intelektualnya, tingkat pengetahuan yang dimilikinya, dan tingkat keterampilan yang dikuasainya untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya itu di dalam bidang pekerjaaan.
Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10-15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan kelebihan meraka bisa tampak dalam salah satu atau tanda-tanda berikut :
1. Kemampuan intelegensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes intelegensi yang sangat tinggi, misal IQ di atas 120.
2. Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3. Kreativitas yang tinggi dalam berfikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
4. Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
5. Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau dalam bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
Adapun tanda-tanda umum anak berbakat antara lain :
1. Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh, ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah bisa membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun.
2. Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perrkembangan, misalnya anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun.


B. Karakteristik anak berbakat
Untuk memaham isiswa berbakat, dapat diidentifikasi dari karakteristik yang sering muncul dalam bentuk perilaku sebagai berikut :
1. Karakteristik belajar
o Belajar lebih cepat dan lebih mudah
o Menyukai tugas dan tantangan yang kompleks
o Mengetahui banyak hal dimana anak yang lain tidak mengetahuinya
o Memiliki kosa kata yang sangat maju, dan kemampuan berbahasa sangat baik
o Sudah dapat membaca pada usia yang sangat awal
o Terampil dalam memecahkan masalah
o Sering mengajukan pertanyaan yang kritis dan tidak terduga
o Menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap banyak hal
2. Karakteristik Motivasi
o konsisten dalam menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi minatnya
o Senang mengerjakan tugas secara independen, hanya sedikit memerlukan pengarahan
o Komitmen kuat pada tugas yang dipilihnya
3. Karaktersitik Kreativitas
o Sensitif terhadap estetika
o Suka bereksperimen, sering menemukan cara baru dalam mengerjakan tugas
o Spontan dalam mengekpresikan rasa humor
o Banyak ide ketika menghadapi tantangan/problem
4. Karakteristik Sosial-emosional:
o Memiliki rasa percaya diri yang kuat
o Lebih menyukai teman yang lebih tua usianya dan memiliki kesamaan minat
o Cenderung perpfeksionis
o Mudah menyesuaikan diri pada situasi baru

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat
1. Faktor yang ada pada anak itu sendiri
Faktor yang ada pada anak itu sendiri yaitu perlunya mengenal anak. Mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif. Dalam hal anak berbakat perlu diidentifikasi secara cermat karena tidak mustahil terjadi kekeliruan dalam menentukan seseorang anak tergolong anak berbakat, hanya karena usaha-usaha berlebihan dan pemaksaan dari orang tua dan keadaan sebenarnya adalah anak berbakat. Di pihak lain juga tidak mustahil terdapat seorang anak yang sebenarnya tergolong anak berbakat tetapi karena lingkungan tidak berfungsi merangsang dan mengembangkaan, anak terssebut tak memperlihatkan prestasi apa-apa dan tidak terlihat sebagai anak berbakat.
2. Faktor kurikulum yang meliputi :
a. Isi dan pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak dan dengan sendirinya telah dilakukan identifikasi mengenai keadaan khusus yang ada pada anak secara obyektif.
b. Perlu ditekankan bahwa kurikulum pada pendidikan khusus hendaknya tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan pada anak yang lain. Perbedaan hanya terletak pada penekanan dan penambahan sesuatu bidang sesuai dengan kebutuhannya dan tetap terpadu dengan kurikulum dasar.
c. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan –perangsangan yang diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program dan tidak semata-mata untuk mempercepat berfungsinya sesuatu bakat luar biasa yang dimiliki.
d. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai sessuatu dan tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih menjadi kreatif. Kreatifitas yang diarahkan agar tertanam sikap hidup yang mau mengabdi, melayani dan mengamalkan pengetahuannya untuk kemajuan masyarakat, bangsa dan negara.
3. Faktor yang lain
Hal lain yang penting ialah tersedianya faktor lingkungan yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional dan intruksional serta isi kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak berbakat membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

D. Pelayanan bagi anak berbakat
Ada beberapa kemungkinan pelayanan bagi anak berbakat melalui pendidikan, mengingat anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari anak-anak sebayanya di antaranya :
1. Model A
Kelas biasa (penuh) ditambah kelas khusus (mini). Cara ini bisa dilakukan disetiap sekolah karena anak berbakat mengikuti secara penuh seluruh acara di sekolah dan setelah itu memperoleh pelajaran tambahan dalam kelas khusus. Waktu belajarnya bertambah dan mata pelajaran dasar atau yang berhubungan dengan kemampuan khusus ditambah .
Kerugian pada anak ialah :
a. Berkurangnya waktu untuk melakukan kegiatan lain yang diperlukan untuk memperkembangkan aspek kepribadiannya, misalnya pergaulan, olahraga dll.
b. Pada waktu anak mengikuti kelas biasa, ia merasa bosan dan pada anak-anak yang masih kecil, kemungkinan mengganggu temannya bertambah.
c. Di kelas biasa anak tidak terlatih bersaing dan bekerja keras untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
2. Model B
Pada model ini anak mengikuti kelas biasa tetapi tidak seluruhnya (bisa 75%, 60%, 50%) dan ditambah kelas khusus. Jumlah jam pelajaran tetap dan ini menguntungkan anak sehingga ia masih mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan-kkegiatan lain yang memang diperlukan untuk pengembangan aspek-aspek kepribadiannya .
Kerugian pada anak sendiri ialah seperti model A yakni berada di kelas bisa tumbuh perasaan bosan dan mungkin menganggap semua mata pelajaran adalah mudah akibat mudah tumbuhnya perasaan sombing dan terlalu percaya diri.
3. Model C
Pada model ini semua anak berbakat dimasukkandalam kelas khusus secara penuh. Kurikulum dibuat secara khusus demikian guru-gurunya. Keuntungan pada model ini ialah mudah mengatur pelaksanaannya dan pada murid sendiri merasa ada persaingan dengan teman-teman yang seimbang kemampuannya dan jumlah pelajaran serta kecepatan dalam menyelesaikan sesuatu mata pelajaran bisa disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan anak.
Kerugian yang menyolok ialah terpisahnya dari kelompok anak-anak yang normal yang sebaya, sehingga proses sosialisasi di sekolah menjadi berkurang. Perlakuan istimewa oleh pihak sekolah dan guru-guru mudah menimbulkan perasaan harga diri yang berlebihan karena dalam kenyataannya ia berada dalam kelas ekslusif.
4. Model D
Ialah sekolah khusus yang hanya mendidik anak berbakat. Dalam hal ini, anak-anak yang memiliki bakat/ kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas biasa bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan dan sekolah khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajaraanya pun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka .
5. Model E
Menyelenggarakan kelas biasa dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak perkelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam dari anak yang lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangannya dan ritme belajarnya.
6. Model F
Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi ini dapat dilakukan dengan cara “lompat kelas”, artinya anak dari Taman Kanak-kanak misalnya, tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnyalangsung ke kelas II Sekolah Dasar atau bahkan kelas III Sekolah Dasar. Jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Program akselerasi dapat dilakukan untuk :
a. Seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas. Dalam program akselerasi ini berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berurutan, tetatpi dapat melompati kelas tertentu.
b. Akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja.
7. Model G
Home-schooling (pendidikan nonformal diluar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/ di luar sekolah, yang sering disebut home schooling. Dalam home schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat pprogram khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan.

BAB III
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berbakat ialah anak yang mempunyai kelebihan dalam beberapa bidang baik dalam intelegensi, kreatifitas, bakat-bakat istimewa dalam bidang tertentu. Ada beberapa kemungkinan yang perlu diketahui terhadap anak berbakat salah satunya anak berbakat bisa dikatakan melampaui masanya/umurnya.
Ada beberapa karakter yang sangat mudah untuk kita ketahui terhadap anak berbakat, diantaranya anak berbakat dalam belajarnya mudah memahami, ada kebiasaan-kebiasaan unik misalnya bisa membaca pada awal-awal perkembangannya, dan tentunya lagi anak berbakat lebih suka bergaul dengan anak di atas usianya/ anak yag lebih tua.
Ada beberapa model yang dapat dijadikan referensi yang dapat kita ambil salah satunya mengkhususkan anak-anak berbakat dalam satu kelas/sekolah. Hal ini untuk memberi rasa nyaman dalam belajar dan mengembangkan kemampuannya, sesuai dengan amanat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional “ negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.
B. Penutup

Ada banyak kemungkinan dalam memahami pembelajaran anak berbakat melihat dari berbagai sisi, khususnya bagaimana agar anak berbakat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu kami berharap ada saran dan kritik bagi kami, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat. Amin.


DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Theo dan Martin Handoko, Pendidikan Usia Dini, (Jakarta : Grasindo, 2004)
Gunarsa, Singgih, Berbagai Alternatif Pelayana Pendidikan untuk Anak Berbakat Luar Biasa, dalam Bunga rampai Anak-anak Berbakat, (Jakarta : Grafindo, 1993) cet III.
Aminin, Zainal, http://z-alimin.blogspot.com/2008/05/pembelajaran-anak-berbakat.html . akses tanggal 20/06/2011.

Riyanto, Theo dan Martin Handoko, Pendidikan Usia Dini, (Jakarta : Grasindo, 2004). H 32.
Ibid. H 33.
Zainal Aminin, http://z-alimin.blogspot.com/2008/05/pembelajaran-anak-berbakat.html . akses tanggal 20/06/2011.

Singgih D. Gunarsa, Berbagai Alternatif Pelayanan Pendidikan untuk Anak Berbakat Luar Biasa, dalam Bunga rampai Anak-anak Berbakat, (Jakarta : Grafindo, 1993) cet III. H 31.
Ibid. Hal 33.
Ibid. Hal 34.
Riyanto, Theo dan Martin Handoko, Pendidikan Usia Dini, (Jakarta : Grasindo, 2004). H 37.
Ibid. Hal 36.

Umat Islam Dalam Sejarah

Umat Islam Dalam Sejarah
Oleh: Fathur Rozi
Mahasiswa PTIQ Jakarta, Fakultas Ushuluddin II
Sejarah Islam sering kali dikaitkan dengan adanya sebuah negara atau kerajaan Islam. Sejak awalnya, Islam ada dan tersebar sebagai sebuah umat-negara; Islam sekalaigus adalah agama dan tata politik. Dalam abad-abad setelah meninggalnya Nabi Muhammad, wilayah-politik Arabia-lokal Muhammad menjadi imperium yang luas, terbentang dari Afrika Utara sampai Asia Tenggara.
Perkembangan Islam dan lembaga-lembaga negara (khilafah, hukum pendidikan militer, layanan-layanan sosial) jalin-menjalain. Sekali lagi, zaman Nabi menjadi paradigma bagi generasi-generasi sesudahnya, karena di Madinah mandat al-Qur’an mengambil bentuk dan substansi di bawah bentuk dan arahan sang Nabi.
Komunitas Madinah menjadi kerangka total bagi negara, masyarakat dan kebudayaan. Komunitas Madinah melambangkan mandat al-Qur’an agi Muslimin sebagai pribadi dan sebagai suatu umat “untuk mengubah dunia sendiri lewat aksi di dunia.” Aspirasi dan cita-cita ini telah menjadi tantangan bagi Umat Islam sepanjang sejarahnya.
Arabia abad ketujuh didominasi oleh dua imperium besar: Kekaisaran Bizantium (Kristiani), atau Romawi Timur dan kekaisaran Persia Sasanid (Zoroastrian). Di tengah–tengahnya adalah semenanjung Arabia, yang terdiri atas masyarakat-masarakat kesukuan yang tampaknya lemah dan terpecah-pecah. Dalam seratus tahun kedua imperium tersebut benar-benar runtuh dihadapan tentara-tentara Allah ketika Arabia bersatu di bawah payung Islam yang menjadi inti organisasi.
Di bawah pimpinan para pengganti Nabi, sebuah imperium dan persemakmuran negara-negara Islam mendominasi banyak belahan dunia. Para da’inya bisa dari golongan para tentara, pedagang dan para sufi. Islam menjadi basis identitas komunitas dan alasan atau legitimasi bagi para penguasa dan kebijakan ekspansi dan penaklukan mereka.
Sehingga misalnya perang-perang penaklukan diistilahkan sebagai Al-fath “membuka” atau “memenangkan” jalan untuk Islam. Seperti Muhammad memerintah negara lintas-suku atas nama Islam, demikian juga umat Islam menjadi terasosiasi dengan sebuah imperium yang ekspansif. Mengapa dan bagaimana hal ini bisa terjadi?
Segera setelah penaklukan Makkah, Muhammad mengalihkan perhatiannya untuk memperluas dan mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Arabia. Para utusan dikirim dan aliansi-aliansi dibentuk bersama suku-suku dan para penguasa di sekitarnya. Suku-suku Baduwi Arabia yang sangat independen disatukan dibelakang Nabi lewat kombinasi antara kekuatan militer dan diplomasi.
Sebagaimana Muhammad sekaligus adalah kepala negara dan Rasul Allah, demikian pula para utusan, tentara negara adalah utusan dan tentara Islam da’i-da’i pertamanya. Di samping militer dan diplomasi, mereka membawa al-Qur’an dan ajaran-ajaran agama mereka. Di samping itu mereka menyebarkan pandangan hidup yang memepengaruhi tata politik dan sosial maupun kehidupan pribadi dan ibadah.
Islam mencakup sekaligus sistem iman dan politik. Secara ideal orde baru ini adalah komunitas kaum beriman, yang mengakui kedaulatan tertinggi Tuhan, hidup sesuai dengan hukum-nya, mematuhi Nabi-nya dan mendedikasikan kehidupan mereka untuk menyebarkan kekuasaan dan hukum Tuhan.
Inilah risalah dan visi yang menyertai para tentara Arab ketika mereka berhamburan keluar dari Arabia dan membangun supremasi mereka di seluruh Timur Tengah. Yang paling mencolok dari awal ekspansi awal Islam adalah kecepatan dan keberhasilannya dan para ilmuan Barat dibuat terkagum-kagum oleh hal ini.
Sementara kaum Muslimin memandang penaklukan-penaklukan tersebut sebagai mukjizat atau pembuktian historis atas kebenaran klaim-klaim Islam dan sebagai tanda hidayah Tuhan. Dalam satu dekade kekuatan-kekuatan Arab mengepung tentara-tentara Bizantium dan Persia yang dilemahkan oleh tahun-tahun penuh peperangan dan menaklukan Irak, Syiria, Palestina, Persia dan Mesir.
Momentum kemenanagn-kemenangan awal ini diperpanjang dengan serangkaian pertempuran brilian di bawah pimpinan para panglima agung semisal Khalid ibn Walid dan Amr ibn Ash, yang memperluas batas wilayah imperium Muslim sampai ke Maroko dan Spanyol di Barat melintasi Asia Tengah sampai India Timur.
Di dorong oleh imbalan ekonomi dari penaklukan atas wilayah-wilayah yang lebih kaya, lebih maju, disatukan dan diilhami oleh agama baru mereka, tentara-tentara Islam terbukti menjadi penakluk yang tak terhadang dan menjadi penguasa yang efektif, mereka menjadi pembagun bukan perusak. Mereka menganbil alih negeri-negeri yang ditaklukan mengganti para penguasa dan tentara lokal tetapi mempertahankan banyak hal dari pemerintahan, birokrasi dan kebudayaan mereka.
Ekspansi Islam yang mengagumkan dihasilkan tidak hanya dari penaklukan tentara tapi juga dengan jalan damai. Demikian pula dalam abad-abad kemudian di banyak wilayah Afrika, anak benua India dan Asia Tenggara, penyebaran Islam yang efektif disebabkan terutama oleh para pedagang, da’I dan sufi yang berhasil mengislamkan lewat teladan dan dakwah mereka.


Jakarta 07 juli 2011

Multimedia Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah Dasar

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkat dan rahmatnya, sehingga penulis menyelesaikan makalah yang berjudul”Multimedia Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Serta shalawat dan salam tak lupa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pribadi pada mata kuliah Teknologi Media Pendidikan.
Selanjutnya tak lupa Penulis juga mengucapkan Terimakasih kepada Basrin Malau.M.A , selaku dosen mata kuliah Teknologi Media Pendidikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan dapat menambah wawasan kami sebagai mahasiswa dalam mendalami materi pelajaran.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan merupakan suatu kebanggaan bagi kami apabila para pembaca memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kelacaran pengembangan pengetahuan pada mata kuliah Teknologi Media Pendidikan.
Semogga Allah SWT melimpahkan Berkat dan karunianya kepada kita semua AMIN.

Wassalammualikum wr wb.




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan .............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Multimedia dan Multimedia Dalam Pembelajaran ......... 5
B. Aplikasi Penggunaan Multimedia Dalam Pembelajaran di SD .......... 7
C. Pengaruh dan Tingkat Keefektivitasan Penggunaan Multimedia di SD 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan teknologi, dituntut untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi yang telah ada. Begitu halnya dengan jenjang-jenjang pendidikan harus dapat fleksibel mengikuti perkembangan kemajuan yang ada. Sesuai dengan kurikulum yang berlaku sekarang, menyebutkan salah satu prinsipnya yaitu tanggap terhadap ilmu pengetahuan, dan teknologi. Itu artinya bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum serta pembelajarannya harus memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Aplikasi dari hal tersebut adalah penggunaan multimedia dalam pembelajaran, khususnya di Sekolah Dasar. Mengapa harus Sekolah Dasar? Karena anak-anak di sekolah dasar merupakan generasi penerus bangsa. Apabila pembelajarannya tidak bermakna maka anak-anak tidak akan dapat menyerap makna dari pembelajaran. Oleh karena itu, supaya pembelajaran dapat bermakna, efektif serta berlandaskan PAKEM, maka diadakannya pembelajaran dengan menggunakan multimedia.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, terdapat beberapa masalah yang akan dikaji penulis dalam pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa pengertian multimedia dan multimedia dalam pembelajaran?
2. Bagaimana aplikasi multimedia pada pembelajaran di sekolah dasar?
3. Bagaimana pengaruh dan keefektivitasan multimedia pada pembelajaran di sekolah dasar?


C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk memenuhi tugas pribadi dari mata kuliah Teknologi Media Pendidikan,
2. Untuk mendeskripsikan pengaplikasian multimedia di Sekolah Dasar,
3. Untuk mendeskripsikan pengaruh serta keefektivitasan penggunaan multimedia dalam pembelajaran di Sekolah Dasar.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah
1. Bagi penulis, terpenuhinya tugas dari mata kuliah Teknologi Media Pendidikan,
2. Bagi penulis dan pembaca, dapat mengetahui keefektivitasan penggunaan multimedia dalam pembelajaran di Sekolah Dasar,
3. Bagi guru dan calon guru, dapat mengetahui pengaplikasian multimedia dalam pembelajaran di Sekolah Dasar,
Secara edukatif, penulisan makalah ini dapat menjadi acuan untuk inovasi pembelajaran di Sekolah Dasar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Multimedia dan Multimedia Dalam Pembelajaran
Di dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan-pesan pembelajaran yang disampaikan oleh sumber pesan kepada penerima pesan. Kemudian istilah multimedia. Multimedia merupakan teknologi yang menggabungkan gambar, gerak, teks . Dari wikipedia menyebutkan bahwa:
“Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu ([tool]) dan koneksi ([link]) sehingga pengguna dapat ber-([navigasi]), berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi”.
Kemudian pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dengan maksud untuk memperoleh pengetahuan. Sumber belajar disini adalah guru, pendidik, buku, media elektronik dan sebagainya.
Apabila dikaitkan antara multimedia dan pembelajaran maka pembelajaran itu dapat menarik, efektif dan efesien apabila menggunakan multimedia sebagai media pembelajarannya. Dipilih multimedia karena kita harus ingat bahwa masa kanak-kanak terutama siswa sekolah dasar karena mereka masih berfikir konkrit, semua yang guru utarakan atau sampaikan harus mereka buktikan sendiri dengan mata mereka, kemudian multimedia merupakan sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang dibuat secara menarik dalam bentuk kombinasi gambar, teks, gerak dan animasi yang disesuaikan dengan usia peserta didik yang dapat menarik minat peserta didik dalam belajar, sehingga pembelajaran akan menyenangkan dan tidak menjenuhkan.
Multimedia terbagi menjadi dua kategori , yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.
Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, aplikasi game, dll.
Mengutip dari Ariasdi Multimedia, Panduan Pengembangan Multimedia mengatakan bahwa Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan prises belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Manfaat di atas akan diperoleh mengingat terdapat keunggulan dari sebuah multimedia pembelajaran, yaitu:
1. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron dll.
2. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dll.
3. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet mars, berkembangnya bunga dll.
4. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju, dll.
5. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti letusan gunung berapi, harimau, racun, dll.
6. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti: tujuan, materi, strategi dan juga evaluasi pembelajaran. Karakteristik multimedia pembelajaran adalah:
1. Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual.
2. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna.
3. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Selain memenuhi ketiga karakteristik tersebut, multimedia pembelajaran sebaiknya memenuhi fungsi sebagai berikut:
1. Mampu memperkuat respon pengguna secepatnya dan sesering mungkin.
2. Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri.
3. Memperhatikan bahwa siswa mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendalikan.
4. Mampu memberikan kesempatan adanya partisipasi dari pengguna dalam bentuk respon, baik berupa jawaban, pemilihan, keputusan, percobaan dan lain-lain.

B. Aplikasi Penggunaan Multimedia Dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar
Seperti yang telah dijelaskan di atas, media sangat banyak manfaat serta fungsinya apalagi media yang berbasis multimedia. Kita harus ingat bahwa manusia khusunya siswa dapat menyerap suatu materi apabila materi yang disampaikan dikemas dalam bentuk yang menarik dan mengesankan, sehingga materi yang mereka simak akan terus teringat-ingat di benak mereka. Untuk itu, dihadirkanlah multimedia di sekolah dasar, dengan maksud supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menarik dan tetap menganut system PAKEM ( Pembelajaran Aktif Kreatif efektif dan Menyenangkan ).
Supaya pembelajaran dapat bermakna, bukan hanya media yang menjadi faktor pendukungnya. Tetapi peranan guru atau pendidik sebagai motivator dan fasilitatorpun menjadi faktor yang sangat penting, karena pendidik harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk dapat menumbuhkembangkan kreatifitas siswa sehingga akan terasa kebermaknaannya suatu pembelajaran. Serta guru harus menguasai betul menggunakan multimedia yang sesuai.
Multimedia yang dikenal di masyarakat sekarang ini adalah sama dengan istilah penggunaan komputer. Padahal computer bukan satu-satunya bentuk multimedia, telepon genggam/handphone dan televisi juga termasuk multimedia. Multimedia berkembang sangat variatif, seiring dengan perkembangan media-media elektronik, seperti media konvensional berupa kaset rekaman pengajaran dan program TV pendidikan, multimedia berbasis komputer terdiri dari CD, CD MP3, VDC dan DVD, serta multimedia berbasis internet seperti e-news, e-Journal, e-Book, e-Consultant, Chatting, Newsgroup dan lain-lain. (Oetoma dan Priyogutomo,2004).
Menurut Ariasdi Multimedia, Format sajian multimedia pembelajaran dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut:
1. Tutorial
Format sajian ini merupakan multimedia pembelajaran yang dalam penyampaian materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konsep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Pada saat yang tepat, yaitu ketika dianggap bahwa pengguna telah membaca, menginterpretasikan dan menyerap konsep itu, diajukan serangkaian pertanyaan atau tugas. Jika jawaban atau respon pengguna benar, kemudian dilanjutkan dengan materi berikutnya. Jika jawaban atau respon pengguna salah, maka pengguna harus mengulang memahami konsep tersebut secara keseluruhan ataupun pada bagian-bagian tertentu saja (remedial). Kemudian pada bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.
2. Drill dan Practise
Format ini dimaksudkan untuk melatih pegguna sehingga memiliki kemahiran dalam suatu keterampilan atau memperkuat penguasaan suatu konsep. Program menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan, soal atau pertanyaan yang tampil selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda.
Program ini dilengkapi dengan jawaban yang benar, lengkap dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna akan bisa pula memahami suatu konsep tertentu. Pada bagian akhir, pengguna bisa melihat skor akhir yang dia capai, sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan.
3. Simulasi
Multimedia pembelajaran dengan format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata, misalnya untuk mensimulasikan pesawat terbang, di mana pengguna seolah-olah melakukan aktifitas menerbangkan pesawat terbang, menjalankan usaha kecil, atau pengendalian pembangkit listrik tenaga nuklir dan lain-lain. Pada dasarnya format ini mencoba memberikan pengalaman masalah dunia nyata yang biasanya berhubungan dengan suatu resiko, seperti pesawat yang akan jatuh atau menabrak, peusahaan akan bangkrut, atau terjadi malapetaka nuklir.
4. Percobaan atau Eksperimen
Format ini mirip dengan format simulasi, namun lebih ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA, biologi atau kimia. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian pengguna bisa melakukan percobaan atau eksperimen sesuai petunjuk dan kemudian mengembangkan eksperimen-eksperimen lain berdasarkan petunjuk tersebut. Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan secara maya tersebut.
5. Permainan
Tentu saja bentuk permaianan yang disajikan di sini tetap mengacu pada proses pembelajaran dan dengan program multimedia berformat ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar.


C. Pengaruh dan Tingkat Keefektivitasan Penggunaan Multimedia di Sekolah Dasar
Dikutip dari Artikel Tentang Peranan Multimedia Dalam Pembelajaran oleh Joko Sutrisno yang direview dari laporan hasil suatu penelitian yang dilakukan oleh Beacham dkk, (Beacham, N. A., Elliott, A. C., Alty, J. L., Al-Sharrah, A., dalam Media Combinations and Learning Styles: A Dual Coding Approach, Association for the Advancement of Computing in Education (AACE), 2002), yang tujuannya untuk mengetahui apakah perpaduan beberapa jenis media akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang berbasis komputer.
Perpaduan beberapa jenis media yang dilakukan telah mempertimbangakan dual coding theory, yang menyatakan bahwa informasi diproses melalui dua channel yang independent, yaitu channel verbal dan visual. Hasil penelitian mengindikasikan adanya peningkatan pemahaman siswa ketika materi pembelajaran disajikan menggunakan suara dan diagram. Pemahaman berkurang ketika materi pembelajaran disajikan melalui teks dan diagram. Hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa suara dan diagram dapat meningkatkan pemahaman siswa terlepas dari learning style yang lebih disukai siswa, dan siswa yang gaya belajarnya intuitive cenderung memiliki tingkat pemahaman lebih baik.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan eksperimen kepada siswa sebanyak 44 orang (umur 20 – 24 tahun) dibagi ke dalam 3 kelompok secara acak, masing-masing beranggotakan 13, 14, dan 17 siswa. Kepada tiap kelompok diberikan bahan ajar berbasis komputer yang memiliki perpaduan media yang berbeda.
Kelompok 1 : bahan ajar yang memadukan teks dan diagram
Kelompok 2 : bahan ajar yang hanya berupa teks
Kelompok 3 : bahan ajar yang memadukan suara dan diagram
Bahan ajar dibuat dengan program Macromedia Flash 5 untuk materi pemanfaatan statistik dalam menguji eksperimen (Null Hypothesis and Significance). Materi ini dipilih karena diyakini banyak siswa yang belum memiliki pengetahuan awal sebelumnya tentang materi ini, dan kalau pun siswa telah memiliki pengetahuan awal, mereka tetap menganggap materi ini sulit dipahami. Durasi tiap bahan ajar sama, yaitu 12 menit. Bahan ajar dipresentasikan melalui laptop ke proyektor.
Sebelum bahan ajar disampaikan, para siswa ditest lebih dulu mengenai pengenalan atau pengetahuan awal mereka tentang bahan ajar yang akan dipelajari, yaitu tentang null hyphothesis dan significance. Setelah bahan ajar diberikan dalam durasi waktu yang sama, kepada para siswa dalam tiap kelompok diberikan post-test yang berisi 10 pertanyaan menyangkut materi bahan ajar yang telah disampaikan. Dalam tiap nomor pertanyaan, ditanyakan juga apakah mereka telah mengetahui jawabannya sebelum mengikuti presentasi bahan ajar, apakah presentasi bahan ajar membantu mereka menemukan atau me-recall jawabannya, ataukah mereka belum tahu jawabannya sebelum mengikuti presentasi.

Hasil Eksperimen
Hasil eksperimen tampak bahwa pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang “null hyphothesis dan significance” yang memilki nilai-nilai tinggi adalah:
Pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang “null hypothesis” dalam
Kelompok 1 (teks dan diagram) sebesar 53.8%,
Kelompok 2 (teks saja) sebesar 14.3%,
Kelompok 3 (suara dan diagram) sebesar 29.4%.
Sementara pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang “significance” ; dalam
Kelompok 1 (teks dan diagram) sebesar 61.5%,
Kelompok 2 (teks saja) sebesar 35.7%, dan
Kelompok 3 (suara dan diagram) sebesar 35.3%.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa tidak memiliki pengetahuan awal tentang materi bahan ajar.
Dilihat berdasarkan rata-rata hasil post-test, tampak bahwa Kelompok 3 (suara dan diagram) cenderung memiliki nilai tertinggi, diikuti oleh Kelompok 2 (teks aja). Siswa-siswa dalam Kelompok 1 (teks dan diagram) cenderung memiliki nilai yang rendah. Hal yang menarik adalah bahwa sebenarnya Kelompok 1 ini memiliki pengetahuan awal tentang materi bahan ajar yang lebih tinggi dibandingkan dua kelompok lain, tetapi mereka ternyata memiliki hasil post-test yang paling rendah.
Dalam penelitian ini diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara nilai pembelajaran sensorik, nilai pembelajar intuitif, dan nilai pembelajaran “seimbang” (seimbang antara sensorik dan intuitif, atau gabungan). Namun demikian, ada kecenderungan bahwa nilai pembelajaran sensorik lebih tinggi dibandingkan nilai pembelajar intuitif. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok pembelajaran “seimbang”. Pada pasangan sensorik-intuitif misalnya, terdapat perbedaan nilai yang signifikan pada pembelajaran intuitif untuk masing-masing perpaduan media, tetapi tidak untuk pembelajaran sensorik. Yang menarik, pembelajaran intuitif mendapat nilai tertinggi ketika ditunjukkan pada perpaduan media suara dan diagram, tetapi mendapat nilai terendah ketika ditunjukkan pada perpaduan media teks dan diagram.
Aplikasi ini juga dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain, misalnya dalam pembelajaran sains guru menampilkan gambar-gambar yang sesuai dengan materi yang sedang disajikan.
Pada observasi yang dilakukan di SD Al-Muttaqin Tasikmalaya telah terbukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan multimedia membuat anak semangat belajar dan dapat meningkatkan iptek peserta didik, ditandai dengan usia mereka yang berumur kelas 6 sekolah dasar, mereka dapat membuat karaya tulis sederhana setelah mereka melakukan karyawisata ke Yogyakarta. Dalam pembelajaran di SD tersebut, selain pendidik melakukan ceramah, pendidik juga mengajak peserta didik ke sebuah ruangan yang disebut sebagai ruangan multimedia. Di ruangan tersebut terdapat projector dimana murid-murid dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan enjoy tapi memang dapat tersampaikan dengan tepat, tentunya film yang tersedia sesuai dengan materi pembelajaran yang pada saat itu disampaikan. Selain itu, dari mulai kelas satu sampai kelas enam, peserta didik diberikan pembelajaran TIK, untuk kelas satu materinya tentang menggambar sederhana di komputer yaitu menggunakan Corel Draw dan paint. Untuk kelas rendah memang dimaksudkan hanya untuk pengenalan computer dan untuk kelas tinggi memasuki dunia internet. Dengan pembelajaran yang selalu enjoy, siswa-siswi di SD ini mendapatkan prestasi yang sangat baik baik di tingkat kota, kabupaten dan provinsi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi dan video dengan alat bantu ([tool]) dan koneksi ([link]) sehingga pengguna dapat ber-([navigasi]), berinteraksi, berkarya dan berkomunikasi. Mulitemedia pembelajaran adalah penggunaan multimedia dalam proses pembelajaran.
Multimedia yang dikenal di masyarakat sekarang ini adalah sama dengan istilah penggunaan komputer. Padahal computer bukan satu-satunya bentuk multimedia, telepon genggam/handphone dan televisi juga termasuk multimedia. Menurut Ariasdi Multimedia, format sajian multimedia dapat dikelompokkan kepada 5 bagian yaitu, tutorial, driil dan practice, simulasi, percobaan dan eksperimen, permainan.
Multimedia sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, dengan multimedia anak menjadi enjoy, pembelajaran tidak menjenuhkan dan lebih efektif dan efisien. Hal itu dibuktikan dengan prestasi anak pada observasi dan penelitian yang telah dilakukan seperti yang telah dijelaskan di atas. Dengan pola pikir anak yang masih berpikir konkrit, maka pembelajaran dengan multimedia ini sangat cocok untuk anak sekolah dasar.

B. Saran
Berdasarkan makalah yang dipaparkan di atas, saya sebagai penyusun makalah ini ingin menyarankan kepada pembaca agar khususnya pengajar agar lebih mengenal kembali multimedia sebagai media pembelajaran yang baik, disamping juga pengetahuan yang mendasar tentang multimedia dalam arti bias menempatkan multimedia sebagai media pembelajaran yang baik dan efektif karena multimedia sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran, dan dapat pula menentukan seberapa besar anak didik berhasil dalam pembelajaran tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta : Gaung Persada, 2010.
Hernawan, Asep Herry,dkk. Media Pembelajaran. Bandung: UPI Press, 2005. Cet I
Multimedia, Ariasdi. Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran (disadur dari Buku Panduan Depdiknas). 2009. Tersedia:http://endang muhtadin’s blog.[akses 28 Juni 2011 ]
Sutrisno, Joko. Artikel Tentang Multimedia Dalam Pembelajaran. 2008. Tersedia:http://www.google.com[akses 28 Juni 2011]
Wikipedia. Multimedia. Tersedia:http://www.wikipedia.com[akses 28 Juni 2011]
Adri, Muhammad. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pengembangan Media Pembelajaran. 2008 [pdf]. Tersedia:http://muhammadadri.wordpress.com. [akses 28 Juni 2011]