WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Sabtu, 02 Juni 2012

FILSAFAT ISLAM



A.    ALIRAN ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

1.      Aliran Progressivisme
Aliran progresivisme adalah suatu aliran filsafat pendidikan yangsangat berpengaruh dalam abad ke 20 ini. Pengaruh itu terasa di seluruh dunia.
Aliran progresivisme dihubungkan dengan pandangan hidup liberal, maksudnya pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat : Fleksibel (tidak menolak perubahan), Curious (ingin mengetahui), Toleran (mempunyai hati terbuka).
Sifat-sifat dalam progresivisme dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok :
a.       Sifat-sifat negatif : Bahwa progresivisme menolak otoritarisme dan absolutisme dalam segala bentuk. 
b.      Sifat-sifat positif : Bahwa progresivisme menaruh kepercayaan terhadap kekuatan alamiyah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia dari alam sejak lahir.
Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk mengendalikan hubunganya dengan alam, sanggup meresapi rahasia, rahasia, sanggup menguasai alam. Akan tetapi di sampingkeyakinan-keyakinan ini ada juga kesangsian.
Progresivisme sebagai aliran pikiran baru muncul dengan jelas pada pertengahan abad ke 29, akan tetapi garis perkembangannya dapat ditarik jauh ke belakang sampai pada zaman Yunani purba. Misalnya Heraclitus ( + 544 - + 484), Socrates (469 ± 399), Protagoras (480 ± 410) dan Aristoteles. Dalam azas modern, sejak abad ke 16 Francis Bacon, John Locke, Rousseau, Kant dan Itegel dapat disebut sebagai penyumbang pikiran dalam proses terjadinya aliran progressivisme, Locke dengan ajarannya kebebasan politik.
Progressive sebagai pendidikan erat sekali hubungannya dengan kepercayaan yang sangat luas dari Jhon Dewey dalam lapangan pendidikan. Dewey memperlihatkan kayakinan-keyakinan dan wawasannya tentang pendidikan, serta mempraktekkannya di sekolah-sekolah. Menurut Dewey tujuan pendidikan ialah warga masyarakat yang demokratis.

2.      Aliran esensialisme
Essensialisme muncul pada zaman Renaissans. Essensialis mememandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas. Tokoh-tokoh yang berperan dalam penyebaran aliran essensialisme, yaitu: Desi Derius Erasmus, Johann Amos Comenius, John Locke, Johann Henric Pestalozi, Johann Friederich Frobel, Johhan Friederich Herbert, William T Harris.
Tujuan umum aliran essensial adalah membentuk pribadi bahagia didunia dan akhirat. Dalam sejarah perkembangannya, kurikulum essensialis memenerapkan berbagai pola kurikulum.
3.      Aliran Perennialisme
Perennialisme diambil dari kata perennial yang dalam Oxford Advanced learner’s Dictionary of Current English yang diartikan sebagai “continuing through the whole year” atau “lasting for a very long time” abadi atau kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran perennialisme mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang bersifat kekal dan abadi.
Di bidang pendidikan, perennialisme sangat dipengaruhi oleh tokoh-tokohnya: plato, aristoteles dan Thomas Aquinas. Menurut Plato, manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan dan pikiran. Menurut Aristoteles, tujuan pendidikan adalah “kebahagiaan” untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi dan intelektual harus dikembangkan. Menurut Thomas Aquinas adalah sebagai “usaha mewujudkan kapasitasyang ada dalam individu agar menjadi aktif dan nyata”.
4.      Aliran Rekonstruksionalime
Para penganut aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa bangsa-bangsa di dunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru, dengan satu kebudayaan baru di bawah satu kedaulatan dunia,dalam pengawasan mayoritas umat manusia.
5.      Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme pada hakikatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.
Paham eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada pada dirinya sendiri. Sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar yaitufilsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentralSecara singkat Kierkegaard memberikan pengertian eksistensialismeadalah suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atautidak ilmiah.Eksistensialisme menolak segala bentuk kemutlakan rasional.

B.     FILSAFAT PENDIDIKAN, PENGERTIAN, DASAR-DASAR DAN TUJUANNYA
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Phitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si - terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.
Dasar Pendidikan Islam terutama adalah Al Qur’an dan al Hadist Firman Allah :
“ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar (QS.Asy-Syura: 52)”
Dan Hadis dari Nabi SAW :
“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
a.       Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT.
b.      Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
c.       Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Prof. Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :
a.       Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
b.      Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
c.       Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
d.      Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
e.       Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.
C.    METODE MEMPELAJARI FILSAFAT PENDIDIKAN

1.      Metode memahami Filsafat Pendidikan Islam
Pada garis besarnya ada dua metode pokok dalam mempelajari Filsafat Pendidikan Islam, yaitu :
a.       Pendekatan terhadap wahyu
Metode ini bertitik tolak dari keyakinan terhadap kebenaran wahyu dengan maksud untuk mencari pemahaman terhadap kebenaran mutlak yang terkandung dalam wahyu tersebut, yang menggunakan ayat-ayat Tuhan sebagai premis, baik sumber al-Qur'an maupun sunnah rasul. Kebenaran itu sendiri dicari dalam batas-batas kemampuan akal manusia, dengan cara merenungkan, menggali, menafsirkan, memperbandingkan, menghubungkan serta mentakwilkan informasi yang terkandung dalam wahyu. Dari kajian itu kemudian dapat konsep pemikiran dasar tentang konsep pendidikan Islam walaupun tidak mencapai tingkat kebenaran mutlak wahyu.
b.      Metode histori-kritis
Yaitu memahami hakikat pendidikan Islam melalui proses sejarah Islam yang dilalui umat Islam dari sejak lahir, sekarang, dan yang akandatang. Metode ini dibagi dua, yaitu:
1)      Metode histori rasional murni, yaitu melalui pemahaman sejarah pemikiran ulama-ulama muslim dan interpretasi-interpretasi nahs secara utuh menurut konsep Islam.
2)      Metode histori rasional, yaitu melalui pemahaman ulama-ulama muslim dengan dikomprasikan dan direlevansikan dengan pendidikan lain dalam menjawab berbagai problema pendidikan.
2.      Metode filsafat pendidikan Islam
Dalam memecahkan problema pendidikan Islam dapat menggunakan metode antara lain :
a.       Metode Spekulatif dan Komtemplatif
Menurut Runes yang dikutip oleh Moh. Noor Syam, perenungan dalam epistimology modern adalah pengetahuan dari objek yang berlawanan dengan menikmati, melainkan sebagai kesadaran jiwa kearah kesadaran sendiri. Menurut Moh. Noor Syam sendiri, merenung adalah suatu carayang sesuai dengan watak filsafat, yaitu memikirkan segala sesuatunya sedalam-dalamnya, tanpa keharusan adanya kontak langsung dengan objeknya. Prosesnya berlangsung lama, dalam keadaan tenang dan hening sungguh-sungguh, dalam kesendirian atau kapan dan dimanapun.Objeknya bisa apa saja. Sedangkan spekulatif yang juga berarti perenungan atau merenung yaitu melakukan perenungan terhadap segala objek filsafat yang tak terbatas, yang tujuannya untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam dengan pikiran kritis piker murni, cenderung menganalisa, menghubungkan antar masalah berulang-ulang secara mantap.Metode spekulatif dan kontemplatif dalam sistem filsafat Islam disebut tafakkur dan merupakan metode utama dalam setiap cabang filsafat. Keduanya adalah berpikir secara mendalam dalam situasi yang tenang, sunyi, untuk mendapatkan kebenaran tentang hakekat sesuatu yang dipikirkan, yang berkaitan dengan masalah-masalah yang abstrak seperti hakikat hidup menurut Islam,hakikat iman, dan sebagainya.
b.      Metode atau Pendekatan Normatif
Norma artinya nilai juga berarti aturan atau hokum-hukum. Norma menunjukkan keteraturan suatu sistem, baik buruk, berguna dan tidak bergunanya sesuatu dan menunjukkan arah geraknya sesuatu aktivitas. Dalam filsafat Islam, disebut pendekatan syar’iyah, dimaksudkan adalah mencari dan menetapkan aturan-aturan dalam kehidupan nyata tentang apayang boleh dan tidak boleh menurut syari’at Islam. Obyeknya berkaitan dengan tingkah laku dan amal perbuatan.
c.       Metode Analisa Konsep dan Analisa Bahasa
Konsep berarti ungkapan atau pengertian seseorang terhadap suatu obyek, kata-kata, kalimat dan bahasa pada hakikatnya merupakankumpulan pengertian-pengertian dari konsep-konsep. Pengertian seseorangterhadap suatu obyek yang dirumuskan dalam bentuk definisi yang selalumenggunakan bahasa atau kalimat tertentu untuk mengungkapkan pengertian tersebut. Oleh karena itu pendekatan inidimaksudkan sebagai usaha memahami konsep-konsep filosofis dalam ajaran Islam tentang hidup dan kehidupan manusia, seperti iman, ihsan,dan seterusnya. Kedua metode ini menurut Arifin dipandang oleh hampir semua ahli filsafat sebagai fungsi pokok yang syah darifilsafat. Karena filsafat itu sendiri dipandang sebagai analisa logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan konsep. Maka metode pengungkapan permasalahannya pun menggunakan analisa bahasa dananalisa konsep. Kedua metode analisa ini tidak dapat dipisahkan karenamerupakan hakikat dari analisa filosofis. Analisa bahasa digunakan untuk mengetahui arti sesungguhnya dari sesuatu. Sedangkan analisa konsepadalah analisa kata-kata yang dianggap kunci pokok yang mewakiligagasan dan konsep.
d.      Pendekatan Historis
Yaitu mengambil pelajaran dari peristiwa dan kejadian masa lalu.Dalam sistem pemikiran filsafat, pengulangan sejarah (sistem sejarah) yang sesungguhnya tidak mungkin terjadi, sedang dalam pandangan kesejarahan suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi karena hubungan sebab akibat dan terjadi dalam setting, situasi dan waktunya sendiri-sendiri. Peristiwa sejarah berguna untuk memberikan petunjuk dalammembina masa depan, termasuk memberikan banyak manfaat untuk pendidikan. Banyak ayat-ayat al-Quran yang menganjurkan untuk mengambil pelajaran dari sejarah.
e.       Metode Deduktif
Yaitu melakukan pemikiran yang dimulai dari realita yang bersifatumum, guna mendapat kesimpulan tertentu yang khusus. Filsafat selalumen-chek dan re-chek atas kesimpulan-kesimpulannya. Hal ini tidak berarti filsafat tidak mempergunakan mempergunakan metode induktif.Dalam batas tertentu, filsafat menggunakan metode ilmiah, termasuk induktif. Hal itu merupakan pelengkap bagi kesimpulan-kesimpulanfilsafat, untuk mendapatkan kebenaran yang valid, melalui checking re-checking dan cross checgking.
f.       Pendekatan Ilmiah terhadap Masalah Aktual
Pada hakikatnya pendekatan ini merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari pola pikir rasional empiris dan eksperimental yangtelah berkembang pada masa jayanya filsafat dalam Islam. Problema pokok filsafat pendidikan Islam masa sekarang adalah pendidikan, yang pada hakikatnya adalah usaha untuk mengubah dan mengarahkan keadaan atau nasib. Dengan menggunakan metode-metode ilmiah, dapat dideskripsikan dan kemudian dipahami permasalahan-permasalahan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dalam proses pendidikan serta aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.
g.      Metode Analisis-Sintetis
Yaitu suatu metode yang berdasarkan pendekatan rasional danlogis terhadap sasaran pemikiran secara induktif dan deduktif secaraanalisa ilmiah. Sistem berpikir induktif dan deduktif merupakan metode berpikir rasional dan logis yang belum analisis sintetis. Oleh karena itu,dalam menemukan hakikat problematika kependidikan pada khususnya,diperlukan analisa dan sintesa yaitu mengurai sasaran pemikiran filosofis sampai unsur-unsur sekecil-kecilnya kemudian memadukan(mensenyawakan) kembali unsur-unsur sebagai sebuah kesimpulan hasil studi.
h.      Pendekatan yang Sifatanya Komprehensif dan Terpadu
Yaitu antara sumber naqli, aqli dan imani, yang pernah pula berkembang sistem filsafat Islam. Sebagaimana yang dikembangkan al-Ghazali bahwa untuk mencapai kebenaran yang benar-benar diyakiniharus melalui perjalanan yang merasakan. Pendekatan ini lebih mendekati pola berpikir yang empirik dan intuitif.

D.    PERKEMBANGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN TOKOH-TOKOHNYA

1.      Periode Awal Perkembangan Islam
Periode ini meliputi masa kehidupan nabi Muhammad SAW. Dan masa pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidin. Periode awal perkembangan Islam ini dibedakan dari periode berikutnya dengan pertimbangan bahwa selama masa kekuasaan Nabi dan para penggantinya (khulafa’ al-Rasyidin), kekuasaan Islam masih berpusat di wilayah Arab. Dan mengingat masa antara kehidupan Nabi SAW dan masa penggantinya relatif hanya sekitar 29 tahun (Nabi wafat tahun 632 M dan Ali RA. Wafat tahun 661 M).
Pemikiran mengenai falsafat pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Quran dan hadits, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain, kata Hasan Langgulung, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Quran dan hadits, tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti tang digambarkan oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh Islam. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang kita lihat dalam al-Quran dan hadits mendapatkan nilai ilmiahnya.
2.      Periode Klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa al-Rasyidin hingga awal masa imperialis barat. Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga ke awal abad XIX.
Beberapa karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang karya-karyanya secara langsung memuat pembahasan mengenai pendidikan yaitu:
a.       Ibn Qutaibah (213-276 H.)
Nama lengkap Ibn Qutaibah adalah Abu Muhammad Abdullah Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri. Ia dilahirkan di Kufah tahun 213 H. Dan meninggal dalam usia 63 tahun (276 H.). Menurut Imam Sayuti, Ibn Qutaibah dikenal sebagai seorang ilmuan dalam bahasa Arab dan sejarah. Selain itu ia dikenal sebagai ilmuwan yang produktif. karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an, Gharib al-Qur’an, Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, al-Syi’r wa al-Syu’ara; al-Ma’arif, al-Radd ‘ala al Jahimmiyah wa al-Musyibbihah, Imamah wa al-Siyasah, dan ‘Uyun al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah pendidikan bagi kaum wanita, ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang mengembangkannya.
b.      Abu Sa’id Sahnun dan Muhammad Ibn Sahnun
Muhammad Ibn Sahnun adalah pencetus pemikiran pendidikan yang lepas dari keterkaitannya dengan sastra dan mashab-mashab pemikiran falsafat. Disini terlihat Ibn Sahnun mulai menampak kepemikiran pendidikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mandiri. Buku karanganya mengenai pendidikan berjudul Adab al-Mu’allimin merupakan pembahasan tentang pendidikan pertama kali yang dipisah dari hubungan integralnya dengan ilmu-ilmu keislaman, seperti halnya hasil karya ilmuwan muslim pendahulunya. Dengan demikian muhammad Ibn Sahnun dapat digolongkan menjadi pencetus pemikiran kependidikan islam di zaman klasik.
c.       Ibn Masarrah (269-319)
Muhammad Ibn Abdillah Ibn Masarrah al-Jabali adalah seorang Muslim Andalusia (spanyol). Ia dilahirkan di Cordova pada tahun 269 H. (883 M), dan meninggal ditempat perkampungan (komunitas Sufi atau Zawiyah) dekat Cordova tahun 319/931 M.
Dalam pemikiran falsafatnya, Ibn masarrah juga menguraikan tentang sifat-sifat  jiwa manusia. Ia berpendapat bahwa secara individual, jiwa manusia merupakan pancaran dari jiwa universal (al-Nafs). Keberadaan jiwa dalam tubuh manusia dikiaskannya sebagai terkungkung  itu, manusia harus membersihkan dirinya secara sepiritual, denga cara mendekatkan diri kepada Tuhan.
d.      Ibn Maskawaih (330-421 H.)
Abu ali Ibn maskawaih dilahirkan di Ray tahun 330 H/940 M. Menurut pandanganya, manusia adalah makhluk yang memiliki keistemewaan dari kenyataannya manusia memiliki daya pikir. Berdasarkan daya pikir itu pula manusia dapat membedakan antara yang benar dan yang salah, serta yang baik dan yang buruk. Dan manusia yang paling sempurna kemanusiannya adalah mereka yang paling benar berfikirnya serta yang paling mulia usaha dan perbuatannya.
e.       Ibn Sina (370-428 H.)
Abu Ali al-Husein Ibn Abdullah Ibn Sina lahir di Bukhara tahun 370 H/980 M). Sebagi ilmuwan Ibn sina telah berhasil mennyumbangkan buah pemikirannya dalam buku karangannya yang berjumlah 276 buah. Diantara karya besarnya adalah al-Syifa’ berupa ensiklopodi tentang fisika, matematika, logika dan matematika. Kemudian al-Qanun al-Tibb adalah sebuah ensiklopodi kedokteran.
f.       Al-Ghazali (450/1058-505/1111 M.)
Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali dilahirkan di Thusia di daerah Khurasan (persia), tahun 450H/1058 M. Menurut pandangan al-Ghazali, ilmu dapat dilihat dari kedua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai obyek. Dari segi pertama, al-Ghazali membagi ilmu menjadi ilmu hissiyah, ilmu aqliyah dan ilmu ladunni. Ilmu hissiyah diperoleh manusia melalui penginderaan (alat dria),sedangkan ilmu aqliyah diperoleh melalui kegiatan berpikir (akal). Sedangkan ilmu ladunni diperoleh langsung dari Allah, tanpa melalui proses penginderaan atau pemikiran (nalar), melainkan melalui hati dalam bentuk ilham.
3.      Periode Modern
Merujuk kepada pembagian priodisasi sejarah Islam yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Harun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. Menjelang periode modern ini, setelah Bani Abbas dan Bani Ummayah secara politik dapat dilumpuhkan, kekuasaan islam masih dapat dipertahankan. Tiga kerajaan besar yaitu Kerajaan Turki Utsmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), Kerajaan Safawi (Persia) dan kerajaan Mughol (India) masih memegang hegemoni kekuasaan Islam. Namun menjelang abad ke-17 dan awal abad ke-18 kerajaan-kerajaan Islam tersebut, satu persatu dapat dikuasai bangsa-bangsa Eropa (Barat).
Beberapa pemikir pendidikan yang tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode modern, seperti:
a.       Rifa’at Badawi Rafi’ al-Thahthawi (1801-1873)
Al-Thahthawi seorang pemikir pendidikan Mesir, yang dilahirkan dikota Thahtha (Mesir bagian selatan) tahun 1801. Adapun ide-ide dan pemikiran kependidikannya ia tulis dalam buku al-Mursyid al-Amin Lil Banati wa al-Banin (pedoman bagi pendidikan putra dan putri). Di dalam buku ini dapat dilihat tentang pemikiran Thahthawi. Ia menulis ide-idenya mengenai pendidikan meliputi:
            Pertama, pembagian jenjang pendidikan atas tingkat permulaan, menengan dan pendidikan tinggi sebagai pendidikan akhir. Kedua, pendidikan diperlukan, karena pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai kesejahteraan. Ketiga, pendidikan mesti dalaksanakan dan diperuntukkan bagi segala golongan. Makanya tidak ada perbedaan antara pendidikan untuk  anak laki-laki dan anak perempuan. Pemikiran mengenai persamaan antara laki-laki dan pendidikan anak perempuan ini dinilai sebagai mencontoh ide pemikiran Yunani.
b.      Muhammad Abduh (1849-1905)
Muhammad Abduh dilahirkan tahun 1849 (1266 H.). tokoh ini yang memulai membongkar kejumudan umat Islam dengan konsep rasionalitasnya, pemikirannya tentang pendidikan yang disebarkan melalui majalah al-Manar dan al-‘Urwat al-Wusqa menjadi rujukan bagi tokoh pembaharu di dunia Islam. Muhammad Rasyid Ridha meneruskan gagasannya melalui majalah al-Manar dan Tafsir al-Manar, Kasim Amin dengan bukunya Tahrir al-Mar’ah, Farid Wajdi dengan bukunya Dairat al-Ma’arif, Syeikh Thanthawi Jauhari melalui karangannya al-Taj al-Marshuh bi al-Jawahir al-Qur’an wa al-Ulum. Dan masih banyak lagi tokoh pembaharuan dalam Islam yang mendasarkan pola pikirnya merujuk konsep pemikiran Muhammad Abduh.
c.       Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986)
Al-Faruqi dilahirkan di Yaifa (Palestina) pada 1 Januari 1921. Sebagai ilmuwan, al-Faruqi dikenal cukup produktif . Ia telah menulis sekitar 20 buku dan 100 artikel. Melalui tulisan itu pula pemikiran al-Faruqi tersebar luas ke negara-nagara Islam di seluruh dunia. Di antara buku-bukunya yang pentimg adalah Christian Ethics, An Historical Atlas of  Religions of  The World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of  Islam. pandangannya bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah, dan dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta. Oleh sebab itu pendidikan harus dikembangkan ke arah yang lebih modern dan berorientasi ketauhidan.
E.     KONSEP FILOSOFI ISLAM TENTANG PENDIDIKAN

Islam menganggap manusia awalnya  berada dalam keadaan “fitrah” yakni keadaan suci bersih terutama di segi keinsanan. Jadi tujuan pendidikan Islam ialah untuk  membantu manusia dalam melaksanakan kehidupannya sebagai khalifah dan hamba Tuhan atau dengan arti lain manusia diberi amanat untuk mengembangkan sifat Tuhan di muka bumi sehingga berjaya membentuk satu tamadun Ilahi yang ‘muqaddas’ yang berbeda daripada tamadun duniawi yang ‘profane’ yang ‘secular’ atau yang tidak diasaskan atas kehendak  Tuhan. Tamadun yang membawa manusia mengenali kebenaran dalam erti kata yang sebenarnya.
Dalam Filsafat Pendidikan Islam, mendidik anak didik adalah merupakan amalan di dunia yang akan dipetik hasilnya di akhirat nanti. Artinya pendidikan Islam menyiapkan generasi muda untuk mengisi peranan, menuntut ilmu pengetahuan, dan memindahkan nilai-nilai yang diselaraskan dan diwarnai Imam, Islam dan ihsan. tujuan inilah yang membedakan filsafat pendidikan umum lainnya dengan filsafat pendidikan Islam.
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khlaifah Allah di alam. Sebagai khalifah, manusia mendapat kauasa dan wewenang untuk melaksanakan pendidikan terhadap dirinya sendiri, dan manusia pun mempunyai potensi untuk melaksanakannya. Dengan demikian pendidikan merupakan urusan hidup  dan kehidupan manusia, dan merupakan tanggungjawab manusia sendiri.
Untuk dapat mendidik diri sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri. Apa hakikat manusia, bagaimana hidup dan kehidupannya. Apa tujuan hidupnya dan apa pula tugas hidupnya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan dengan alam dan lingkungannya, dan manusia harus pula memahaminya. Bagaimana hubungannnya dengan alam dan lingkkungan. Manusia hidup dalam masyarakatnya, dimana ia harus menyesuaikan diri didalamnya. Manusia hidup bersama dengan hasil cipta rasa dan karsanya. Manusia hidup bersama keyakinan dan kepercayaannya, dengan pengalaman pengetahuan diperolehnya dalam proses hiudpnya. Sementara itu dari masa-ke masa nampak bahwa alam dan lingkungannya berubah, berkembang, pengetahuan dan kebudayaannya pun berkembang, sehingga nilai-nilai pun berubah pula. Dan tanpa dilihat dengan nyata, ternyata kualitas hidup dan kehidupannya pun berangsur-angsur berubah menuju pada kesempurnaann.