WELCOME

selamat datang wahai para pencari tuhan, kami akan membantu anda memasuki dunia yang penuh warna...

Rabu, 27 April 2011

I'JAZUL QUR'AN

PENDAHULUAN

Al-qur’an yang merupakan firman Allah SWT yang diyakini banyak mengandung nilai keistimewaan dan nilai-nilai diluar kemampuan penilaian manusia, telah menjadi ibu bagi “semua” disiplin ilmu, artinya al-Qur’an telah melahirkan banyak sekali karya-karya ilmiah yang menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan. Salah satu kajian atau pembahasan karya ilmiah yang dilahirkan al-Quran adalah, I’jaz al-Quran.
I’jaz al-Qur’an oleh sebagian ulama dijadikan sebagai kajian ilmiah untuk mengungkap nilai keitimewaan al-Qur’an yang menantang dan mampu melemahkan siapa saja yang berusaha menandingi apalagi membuat sesuatu yang semisal dengannya. Karena, boleh dibilang, al-Quran mempunyai nilai atau daya I‘jaz yang sangat luar biasa dari segala segi. Mulai dari segi sistematika penyusunannya dalam mushaf, sampai pada pemiliahan dan penempatan suatu kata dalam kalimat, serta redaksi dan makna yang dikandungnya.
Kondisi inilah yang membuat para tokoh sastrawan Arab membisu karena tidak mampu menantangnya, padahal mereka telah samapai pada puncak kesusasteraan Bahasa Arab.
Kenyataan seperti diatas mendorong para ulama’ menungkap segi-segi kemujizatan al-Qur’an. Ada yang mengarang kitab khusus tentang mu’jizat tersebut seperti kitab I’jaz al-Quran oleh al-Baqillani. Dan ada pula yang membahasnya dalam kitab-kitab ulum al-Quran seperti yang dilakukan oleh al-Suyuthi, al-Zarkasyi, al-Zarqani, Subhi Shalih dan lain-lain .
Dan pada kesempatan kali ini, judul makalah yang akan membahas I’jaz al-Qur’an dari segi bahasa. Yang pembahasannya antara lain : Pengertian I’jaz, segi-segi I’jaz dalam al-Qur’an, kemukjizatan al-Qur'an dari segi bahasa, konsistensi huruf yang menjadi pembuka surat dan keindahan susunan kata dan pola kalimatnya.
Dan akhirnya selamat membaca. Semoga menjadi tambahan ilmu yang manfa’at, barakah dan di Riidhai Allah SWT. Amin…







بسم الله الرحمن الرحيم

I’JAZ AL-QURAN DARI SEGI BAHASA

A. Pengertian I’jaz :
I’jaz secara bahasa berarti melemahkan atau membuat tidak mampu . Lafazh I’jaz secara bahasa terdapat dalam al-Qur’an, misalnya pada ayat:
                          • 
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya . Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, Mengapa Aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu Aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (al-Maidah : 31).
Dinamakan mu’jizat (melemahkan) karena manusia tidak mampu untuk mendatangkan semisalnya.
Sedangkan pengertian I’jaz menurut istilah mempunyai beberapa pengertian diantaranya:
a. Sesuatu yang membuat manusia tidak mampu, baik secara individu ataupun kelompok, untuk mendatangkan hal yang sangat mustahil untuk menciptakanya.
b. Perbuatan seseorang mengklaim bahwa ia menjalankan fungsi Ilahiah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran klaimnya .
Dengan membandingkan kedua pengertian secara istilah yang sudah dipaparkan diatas, maka kita akan temukan keistimewaan pengertian yang kedua dari yang pertama sebagai berikut:
Kemukjizatan al-Qur’an itu terletak pada al-Qur’an itu sendiri, yaitu pada lafazh-lafazh dan makna-maknanya. Jadi bukan terletak kepada sesuatu diluar dzat al-Qur’an seperti pendapat yang dikemukakan oleh Ahlush Shirfah, misalnya Ishaq an-Nazhzham (golongan Mu’tazilah), al-Murtadha (golongan Syia’h), menurut mereka, kemukjizatan al-Qur’an adalah karena adanya sirfah (pemalingan). Maksudnya, Allah memalingkan hati manusia untuk menandingi al-Qur’an sehingga mereka merasa malas dan tidak bersemangat untuk mendatangkan semisal seperti al-Qur’an. Jadi Allah telah menciptakan kelemahan atau menghilangkan kemampuan pada diri manusia, sehingga akhirnya tidak mampu mendatangkan yang semisal al-Qur’an. Kalau sekiranya Allah tidak memalingkan hati manusia, menurut pendapat ini, niscaya manusia akan mampu mendatangkan yang semisal al-Qur’an.

B. Segi-segi I’jaz dalam al-Qur’an
Al-qur’an adalah mukjizat dalam semua seginya, dalam semua keadaanya mempunyai tataran yang tinggi dalam harkat-harkatnya, huruf-hurufnya, kata-katanya, ayat-ayatnya, serta surat-surat dalam mushaf-nya. Ia adalah mukjizat dalam berita dan kabarnya, dalam perintah dan larangannya, ketetapan dan kenafiannya. Ia adalah seni dan jalinan polanya, dalam susunan kalimat lahir dan kandungannya, tidak hanya di masa tertentu saja, tapi untuk segenap jin dan manusia sampai hari kebangkitan .
Untuk mempercepat waktu, pemakalah akan menjelaskan kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa sebagaimana yang sudah disinggung pada pendahuluan bahwa makalah ini akan membahas mukjizat al-Qur’an dari segi bahasa.

1. Kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa.
Al-qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru oleh siapa pun. Jalinan hurufnya serasi, unkapannya sangat indah, uslubnya manis, ayat-ayatnya teratur dan sangat memperhatikan situasi dan kondisi dalam berbagai macam gayanya. Menurut Muhammad Abdullah Darraz, jika diperhatikan secara seksama, dalam al-Qur’an banyak terdapat rahasia kemukjizatan dari segi bahasa. Hal itu terlihat dari keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-hurufnya, sewaktu beraharkat dan sukun, mad dan ghunnah, fasilah dan maqta’, sehingga sangat merdu didengar. Pemilihan kata dan penempatan yang sangat tepat, tidak kekurangan dan kelebihan. Khitab yang digunakan juga mampu mencakup berbagai golongan manusia yang berbeda tingkat intelektualitasnya, mereka dapat memahami kitab itu sesuai dengan tingkat akalnya, sehingga masing-masingnya merasa cocok dengan tingkat akal dan sesuai dengan keperluannya, baik mereka orang awam maupun orang khawas. Bahasa al-Qur’an dapat memenuhi kebutuhan jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan secara seimbang .
Para ahli bahasa Arab telah menekuni ilmu bahasa ini dengan segala variasinya sejak bahasa itu tumbuh sampai remaja dan mekar dan menjadi raksasa perkasa yang tegar dalam masa kemudaannya. Mereka menggubah puisi dan prosa, kata-kata bijak dan uslub yan tunduk pada aturan bayan dan diekspresikan dalam uslub-uslubnya yang memukau, dalam gaya hakiki dan majazi (metafora), itnab, dan I’jaz, serta tutur dan ucapanya. Meskipun bahasa itu telah meningkat dan tinggi tetapi dihadapan al-Qur’an, dengan kemu’jizatan bahasanya, ia menjadi pecahan-pecahan kecil yang tunduk menghormat dan takut terhadap uslub al-Qur’an. Sejarah bahasa Arab tidak pernah mengenal suatu masa di mana bahasa berkembang sedemikian pesatnya melainkan tokoh-tokoh dan guru-gurunya bertekuk lutut di hadapan bayan al-Qur’an, sebagai manifestasi pengakuan akan ketinggian dan mengenali misterinya. Hal ini tidaklah mengherankan, sebab “itulah sunnah Allah dalam ayat-ayat yang dibuat dengan kedua tangannya. Semakin anda mengenali dan mengetahui rahasia-rahasianya, akan semakin tunduk pula kepada kebesarannya dan semakin yakin akan kemu’jizatannya. Ini sangat berbeda dengan karya-karya makhluk.
Sejarah menyaksikan, ahli-ahli bahasa telah terjun ke dalam medan festifal bahasa dan mereka memperoleh kemenangan. Tetapi tidak seorang pun di antara mereka yang berani memproklamirkan dirinya menantang al-Quran, melainkan hanya mendapat kehinaan dan kekalahan. Bahkan sejarah mencatat, kelemahan bahasa ini terjadi justru pada masa kejayaan dan kemajuannya ketika al-Qur’an diturunkan. Saat itu bahasa Arab telah mencapai puncaknya dan memiliki unsur-unsur kesempurnaan dan kehalusan di lembaga-lembaga dan pasar bahasa. Dan al-Qur’an berdiri tegak di hadapan para ahli bahasa dengan sikap menantang, dengan berbagai bentuk tantangan. Volume tantangan ini kemudian secara berangsur-angsur diturunkan menjadi lebih ringan, dari sepuluh surah menjadi satu surah, dan bahkan menjadi satu pembicaraan yang serupa dengannya. Namun demikian , tak seorangpun dari mereka sanggup menandingi atau mengimbanginya, padahal mereka adalah orang-orang yang sombong, tinggi hati dan pantang dikalahkan. Seandainya mereka punya kemampuan untuk meniru sedikit saja dari padanya atau mendapatkan celah-celah kelemahan di dalamnya, tentu mereka tidak akan repot-repot menghunus pedan dalam mengahadapi tantangan tersebut, sesudah kemampuan retorika mereka lemah dan pena mereka pecah.
Kurun waktu terus berjalan silih berganti melewati ahli-ahli bahasa Arab, tetapi kemu’jizatan al-Qur’an tetap tegar bagai gunung yang menjulang tinggi. Di hadapannya semua kepala bertekuk lutut dan tunduk, tidak terpikirkan untuk mengimbanginya, apalagi mengunggulinya, karena terlalu lemah dan tidak bergairah mengahadapinya tantangan berat ini. Dan senantiasa akan tetap demikian keadaannya sampai hari kiamat .
Qadi Abu Bakar al-Baqillani menegaskan, keindahan susunan al-Qur’an mengandung beberapa aspek kemukjizatan. Diantaranya, berbagai wajah dan madzhabnya berbeda dengan system dan atau urutan umum yang telah dikenal luas dikalangan bangsa Arab. Al-quran mempunyai uslub yang khas yan berbeda dengan uslub-uslub kalam biasa. Al-qur’an tidak termasuk sajak dan tidak termasuk syair. Oleh karena berbeda dengan semua macam kalam dan uslub khitab bangsa Arab, jelaslah bahwa al-Qur’an luar biasa dan ia adalah mu’jizat .
Menghayati keindahan, ketelitian serta kecermatan pembahasan al-Qur'an tidaklah mudah, terutama bagi bangsa kita yang pada umumnya kurang mempunyai apresiasi terhadap sastra Arab.
Tetapi kemu'jizatan al-Qur'an justru dari segi kebahasaan, selain isi dan ilustrasi-ilustrasinya.
Sejarah memperlihatkan bahwa al-Qur'an diturunkan berdasarkan urutan kejadian dan tidak berdasarkan urutan ayat atau surah yang terlihat dalam mushaf baku. Bahkan ayat-ayat al-Qur'an diturunkan secara spontan untuk menjawab persoalan-persoalan pelik yang dihadapi Nabi. Para peneliti menemukan keajaiban luar biasa yang dimiliki al-Qur'an, yang sangat mustahil manusia mampu menandinginya. Abdu al-Razak Naufal ketika meneliti al-Qur'an menemukan keseimbangan-keseimbangan dalam bilangan kata yang dipergunakan al-Qur'an. Sementara Rasyad Khalifah mene¬mukan konsistensi pemakaian jumlah huruf pembuka surah dalam surah yang bersangkutan. Sedang al-Rumani, al-Baqilani, dan Rasyid Ridha melihat sudut keindahan bahasa al-Qur'an yang jauh melebihi keindahan sastra Arab.

a. Keseimbangan dalam Pemakaian Kata
Abd al-Razaq Naufal, menemukan setidaknya lima bentuk keseimbangan kosa kata dalam al-Qur'an, yaitu keseimbangan antara jumlah kata dengan antonimnya, keseimbangan jumlah kata de¬ngan sinonimnya, keseimbangan jumlah kata dengan yang menunjuk akibatnya, keseimbangan jumlah kata dengan penyebabnya, dan keseimbangan khusus.
» Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya. Contoh:
- Al-hayy (hidup) dan al-mawt (mati) masing-masing sebanyak 145 kali.
- An-naf (manfaat) dan al-madhdrah (madharat), masing-masing sebanyak 50 kali.
- Al-hdr (panas) dan al-bard (dingin), masing-masing sebanyak 4 kali.
- Ash-shdlihat (kebajikan) dan al-sayyi 'at (keburukan) masing-masing sebanyak 167 kali;
- Al-rabh (cemas/takut) dan raghbah (harap/ingin) masing-masing sebanyak 8 kali.
» Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya. Antara lain adalah:
- Al-harts dan al-zird'ah (membajak/bertani), masing-masing sebanyak 14 kali.
- Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh), masing-masing sebanyak 27 kali.
- Al-dhdllun dan mawta (orang sesat/mati [jiwanya]) masing-masing sebanyak 17 kali.
- Al-Qur'dn, al-wahy dan d-Isldm (al-Qur'an, wahyu dan Islam) masing-masing sebanyak 70 kali.
- Al-'aql dan al-nur (akal dan cahaya), masing-masing sebanyak 49 kali.
- Al-jahr dan al- ^aldniyah (nyata), masing-masing sebanyak 16 kali.
» Keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjuk pada akibatnya. Antara lain adalah:
- Al-infdq (infak) dengan al-Ridhd (kerelaan), masing-masing sebanyak 73 kali.
- Al-bukhl (kekikiran) dan al-Khasarah (penyesalan), masing-masing sebanyak 12 kali.
- Al-kafirun (orang-orang kafir) dengan al-Nar al-Ahraq (neraka/ pembakaran), masing-masing sebanyak 154 kali.
- Al-zakah (zakat/penyucian) dengan al-Barakah (kebajikan), masing-masing sebanyak 32 kali.
- Al-fasyah (kekejian) dengan al-Ghadhab (murka), masing-masing sebanyak 26 kali.
» Keseimbangan antara jumlah kata dengan kata penyebabnya. Antara lain, adalah:
- Al-isyrqf (pemborosan) dengan al-Sur’ah (ketergesa-gesaan), masing-masing sebanyak 23 kali.
- Al-mawizhah (nasihat/pertuah) dengan al-lisan (lidah), ma¬sing-masing sebanyak 25 kali.
- Al-asrd (tawanan) dengan al-Harb (perang), masing-masing sebanyak 6 kali.
- Al-saldm (kedamaian) dengan al-Thayyibah (kebajikan), masing-masing sebanyak 60 kali.
Selain keseimbangan-keseimbangan di atas, terdapat keseim¬bangan-keseimbangan lain yang bersifat khusus, yaitu:
1). Kata yawm (hari) dalam bentuk tunggal ada sebanyak 365, sesuai dengan jumlah hari dalam setahun. mutsanna Sedangkan kata ayydm (hari dalam bentuk jamak), ax.au yawmayni (bentuk), jumlah pemakaiannya hanya 30, sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Di sisi lain, kata yang berarti "bulan" {syahr) hanya terdapat sebanyak 12 kali, sama de¬ngan jumlah bulan dalam setahun.
2). Kata-kata yang menunjuk pada utusan Tuhan, yakni rasul, nabiy, basyir, nadzir, keseluruhannya berjumlah 518. Jum¬lah ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi-rasul pembawa berita ajaran keagamaan, yakni seban¬yak 518.

2. Konsistensi pemakaian huruf yang menjadi pembuka surah.
Hasil penelitian Rasyad Khalifah memperlihatkan keajaiban al-Qur'an yang sekaligus memperlihatkan otentisitasnya, yaitu kon¬sistensi pemakaian huruf yang digunakan sebagai pembuka surah. Dalam surah-surah yang dimulai dengan huruf, jumlah huruf dalam surah itu selalu habis dibagi 19, yang merupakan jumlah huruf da¬lam basmalah. Bahkan semua kata dalam al-Qur'an yang terhimpun dalam basmalah juga habis bila dibagi dengan 19.
Sebagai contoh, huruf qdf yang merupakan pembuka surah ke-50, ditemukan terulang sebanyak 57 kali, yakni 3 x 19. Huruf nun yang merupakan pembuka surah al-Qalam terulang sebanyak 133 kali, yakni 7 x 19, huruf ya' dan sin pembuka surah Yasin ditemukan terulang sebanyak 285 kali, yakni 15 x 19. Demikian pula dengan huruf-huruf yang dipakai sebagai pembuka pada surah-surah lain.
Di samping itu, jumlah pemakaian kata yang terhimpun, juga habis dibagi dengan angka 19. Kata ism terulang 19 kali, Allah terulang sebanyak 2698 kali, yakni 142 x 19, kata al-rahmdn teru¬lang sebanyak 57 kali, yakni 3 x 19, kata al-rahim terulang seba¬nyak 114 kali, yakni 6x19.

3. Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya.
Syeikh Fakhruddin al-Razi, penulis tafsir al-Qur'an berjudul Mafatih al-Ghaib, menyatakan bahwa kefasihan bahasa, keindahan susunan kata, dan pola-pola kalimat al-Qur'an amat luar biasa. Sementara itu Qadhi Abu Bakar dalam I’jaz al-Qur'an menyatakan bahwa memahami kemu'jizatan al-Qur’an dari sisi keindahan bahasanya jika dibandingkan dengan syair dan sastra Arab, amat sukar ditandingi. Abu Hasan Hazim al-Quthajani menyatakan bah¬wa keluarbiasaan al-Qur'an itu antara Iain terlihat dalam konsisten¬si, kefasihan bahasanya, dan keindahan susunan kalimatnya. Bah¬kan al-Qur'an amat sempurna dilihat dari semua segi, sehingga tidak mungkin menentukan tingkatan keindahan susunannya itu karena tidak ada alat untuk mengukurnya.
Kutipan-kutipan diatas memperlihatkan betapa tinggi kefasihan bahasa dan keindahan susunan kalimat-kalimat al-Qur’an. Semua ini bagian dari kemukjizatannya, sehingga mereka yang menentang kebenaran al-Qur’an tidak mampu menciptakan karya seperti al-Qur’an. Bundar Ibnu Husein al-Farisi, beliau adalah seorang ilmuan dan sastrawan besar dari Persia menyatakan bahwa tingkat kefasihan dan keindahan bahasa al-Qur’an barada di luar jangkauan kemampuan manusia. Kalau mereka mencoba, bisa-bisa malah sesat. Subhanallah…







KESIMPULAN

Kemukjizatan al-Qur’an sungguh sangat luar biasa, sehingga keluarbiasaan tersebut dikuar kemampuan jangkauan rasio manusia. Dari beberapa kemu’jizatannya, I’jaz bahasa al-Qur’an mempunyai bisa dilihat berbagai sei kebahasaan al-Qur’an. Dari segi Keseimbangan dalam Pemakaian Kata, Keseimbangan jumlah kata dengan antonimnya, Keseimbangan jumlah kata dengan sinonimnya, Keseimbangan jumlah antara suatu kata dengan kata lain yang menunjuk pada akibatnya, Keseimbangan antara jumlah kata dengan kata penyebabnya, Konsistensi pemakaian huruf yang menjadi pembuka surah dan Keindahan susunan kata dan pola-pola kalimatnya.
Sehingga beberapa ulama’ berpendapat tentang kemu’jizatan al-Qur’an dari segi bahasa sebagai berikut :
Qadhi Abu Bakar dalam I’jaz al-Qur'an menyatakan bahwa “memahami kemu'jizatan al-Qur’an dari sisi keindahan bahasanya jika dibandingkan dengan syair dan sastra Arab, amat sukar ditandingi. ”
Abu Hasan Hazim al-Quthajani menyatakan bah¬wa “keluarbiasaan al-Qur'an itu antara Iain terlihat dalam konsisten¬si, kefasihan bahasanya, dan keindahan susunan kalimatnya. Bah¬kan al-Qur'an amat sempurna dilihat dari semua segi, sehingga tidak mungkin menentukan tingkatan keindahan susunannya itu karena tidak ada alat untuk mengukurnya.”
Dan akhirnya, kembali kepada kita selaku pelajar al-Qur’an, untuk terus menggali dan mendalami kemu’jizatan-kemu’jizatan al-Qur’an, sehingga menambah kemanfaatan hidup diri kita dan buat orang lain. Hanya kepada Allah SWT kita memohon semua itu, semoga apa yang menjadi keinginan dan cita-cita baik kita, dikabulkan dengan Ridha dan Barakah Allah Rabbul ‘Alalmin. Amin…..











DAFTAR PUSTAKA

1. Al-qur’an dan terjemahnya
2. Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta, PUSTAKA PELAJAR.
3. Ibn Qayyim al-Jauziyah, Belajar mudah al-Qur’an, Jakarta, PT. LENTERA BASRITAMA.
4. Pengantar kajian al-Qur’an, editor: Kusmana dan Syamsuri, Jakarta, PT. PUSTAKA AL-HUSNA BARU.
5. Manna’ Khalil al-Kattan, Mabahis fi ‘Ulumil Qur’an (terjemah), Jakarta, PT. PUSTAKA LITERA ANTARNUSA.
6. Daud al-Aththar, Perspekti Bari Ilmu al-Qur’an (terjemah), Jakarta, PUSTAKA HIDAYAH.